Tradisi Ngayau Suku Dayak: Berburu dan Penggal Kepala Musuh

Tradisi ekstrem Suku Dayak.

Husna Rahmayunita
Jum'at, 11 Juni 2021 | 12:22 WIB
Tradisi Ngayau Suku Dayak: Berburu dan Penggal Kepala Musuh
Ilustrasi- Tradisi Ngayau Suku Dayak - Seorang warga suku dayak menganyam tikar dari rotan di Desa Setulang, Kabupaten Malinau, Kaltim, Minggu (13/5). (Antara/Yusran Uccang)

SuaraKalbar.id - Ngayau salah satu tradisi Suku Dayak cukup populer. Tradisi Ngayau, tradisi ekstrem Suku Dayak di Kalimantan.

Tradisi Ngayau merupakan merupakan tradisi berburu kepala musuh dengan cara penggal kepala dan dibawa ke rumah.

Pada zaman kolonial, Suku Dayak menjadi yang cukup ditakuti oleh para penjajah. Bahkan, mereka menyematkan gelar “Barbaric Borneo” kepada Suku Dayak yang masih melakukan Tradisi Ngayau.

Beberapa orang Barat sempat datang ke sana dan melihat secara langsung tradisi ini. Misalnya, Carl Boc, seorang naturalis asal Norwegia yang menerbitkan buku tahun 1881 berjudul The Headhunter of Borneo.

Baca Juga:Kepulauan Karimata, Surga Dunia di Kalimantan Barat yang Heboh Teror Bajak Laut

Dalam buku tersebut, Boc mengungkapkan orang Dayak percaya, kepala musuh memiliki kekuatan supranatural yang tinggi. Bahkan, dipercaya kepala musuh dapat mengatasi berbagai masalah besar, seperti wabah penyakit.

Selain itu, beberapa akademisi dan penjelajah pun mencoba menjelaskan mengenai seluk beluk tradisi ini. Ada yang mengatakan bahwa Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah melakukan Tradisi Ngayau untuk kepentingan upacara Tiwah.

Seniman Suku Dayak membawakan Tari Balian dalam pagelaran kesenian partisipasi Provinsi Kalimantan Barat di Pesta Kesenian Bali ke-34, Taman Budaya Denpasar, Jumat (15/6). (Antara/Nyoman Budhiana)
Seniman Suku Dayak membawakan Tari Balian dalam pagelaran kesenian partisipasi Provinsi Kalimantan Barat di Pesta Kesenian Bali ke-34, Taman Budaya Denpasar, Jumat (15/6). (Antara/Nyoman Budhiana)

Upacara ini merupakan upacara sakral yang dilakukan untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia menuju langit ketujuh.

Kemudian, ada juga yang mengatakan bahwa masyarakat Dayak Kenyah melakukan tradisi ngayau karena ada hubungannya dengan Mamat, yakni pesta potong kepala yang menandai berakhirnya masa berkabung.

Sumber lain juga mengatakan bahwa Ngayau berhubungan dengan keberanian dan kemenangan. 

Baca Juga:Pertama di Kalsel, Banjarbaru Vaksinasi Penyandang Disabilitas

Meski demikian, tak semua Suku Dayak menjalankan tradisi ini. Hanya Suku Dayak Ngaju, Dayak Kenyah, dan Dayak Iban yang melakukan tradisi ini.

Perburuan ini biasanya dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri dari sepuluh sampai dua puluh laki-laki. Mereka bergerilya untuk menargetkan musuh.

Warga Suku Dayak melaksanakan Upacara Memelas Pusaka Dayak di Rumah Radakng, Pontianak, Kalimantan Barat. (Antara/Jessica Helena Wuysang)
Warga Suku Dayak melaksanakan Upacara Memelas Pusaka Dayak di Rumah Radakng, Pontianak, Kalimantan Barat. (Antara/Jessica Helena Wuysang)

Tradisi Ngayau kekinian sudah punah. Tradisi tersebut sudah dihapuskan dalam sebuah perjanjian bernama Perjanjian Tumbang Anoi.

Pada masa kolonial Belanda, yakni pada tahun 1974, Kepala suku Dayak Kahayan, Daman Batu, mengumpulkan sub-sub Suku Dayak.

Mereka mengadakan Musyawarah Damai Tumbang Anoi. Dalam musyawarah yang konon menghabiskan waktu berbulan-bulan tersebut, telah tercapai kata mufakat bahwa ngayau tidak lagi dilakukan di seluruh Kalimantan.

Hal ini disebabkan, tradisi ini dapat menyebabkan perselisihan di antara suku dayak dan suku lainnya

Itulah sejarah Tradisi Ngayau Suku Dayak yang ekstrem.

Kontributor : Sekar Jati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini