Epidemiolog Kritik Tes COVID-19 Jadi Ladang Bisnis: yang Jadi Korban Rakyat Bawah

Mereka tidak dapat akses tes COVID-19 karena berbiaya mahal.

Pebriansyah Ariefana
Selasa, 29 Juni 2021 | 07:45 WIB
Epidemiolog Kritik Tes COVID-19 Jadi Ladang Bisnis: yang Jadi Korban Rakyat Bawah
Calon penumpang KRL mengikuti swab test antigen secara acak di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Senin (21/6/2021). [Suara.com/Dian Latifah]

SuaraKalbar.id - Tes COVID-19 jadi ladang bisnis merugikan rakyat miskin atau masyarakat menengah ke bawah. Mereka tidak dapat akses tes COVID-19 karena berbiaya mahal.

Hal itu dikritik Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman. Pemeriksaan Covid-19 yang ditawarkan klinik menimbulkan permainan harga merupakan hal yang sudah diprediksi sejak awal.

"Ini sudah diprediksi sejak awal ketika testing tidak difasilitasi, tidak disediakan akan jadi ladang bisnis. Ini jelas," ujarnya saat dihubungi, Senin kemarin.

Dicky melanjutkan, pihak yang diuntungkan denga pemeriksaan tes ini hanya kelompok tertentu saja. Sedangkan masyarakat secara keseluruhan terutama menengah ke bawah akan dirugikan.

Baca Juga:Kantor WFH 100 Persen karena COVID-19 Ugal-ugalan, Usulan Epidemiolog UI

Sebab, dia melanjutkan, ketika berbicara mengenai biaya, kondisi saat ini saja membuat mereka terpuruk secara ekonomi.

Polsek Pasar Minggu menggelar tes swab antigen gratis yang dilaksanakan di Posko Swab Antigen Polsek Pasar Minggu, Rabu (19/5/2021). [Instagram@polsek_pasarminggu]
Polsek Pasar Minggu menggelar tes swab antigen gratis yang dilaksanakan di Posko Swab Antigen Polsek Pasar Minggu, Rabu (19/5/2021). [Instagram@polsek_pasarminggu]

"Kemudian tes-tes yang harus bayar juga menjadi beban tersendiri buat mereka," katanya.

Ia mencontohkan, banyaknya biaya tes ini memicu protes di Madura karena harus bayar dengan jumlah tidak sedikit. Selain itu, dia menambahkan, besarnya biaya pemeriksaan Covid-19 membuat cakupan testing Indonesia tidak akan meningkat.

"Makanya testing Indonesia terendah diantara negara-negara Asean seperti Thailand, Malaysia, Singapura. Indonesia di bawah 100 per 1.000 penduduk per pekan," ucapnnya.

Dicky melanjutkan, Singapura dengan jumlah penduduknya lebih sedikit dibandingkan Indonesia sudah menembus pemeriksaan 1.000 per 1.000 penduduk.

Baca Juga:Terpapar Corona Belum Tentu Terinfeksi Covid-19, Begini Penjelasan Epidemiolog

Rendahnya pemeriksaan ini diakui akhirnya mempengaruhi bagaimana respons pengendalian dan status kualitas pengendalian pandemi.

Staf Politeknik Caltex Riau (PCR) mengikuti tes swab antigen di GOR Pekanbaru, Senin (24/5/2021). [Dok PCR]
Staf Politeknik Caltex Riau (PCR) mengikuti tes swab antigen di GOR Pekanbaru, Senin (24/5/2021). [Dok PCR]

"Karena testing kan penting. Kalau tidak dirubah, cakupan testing begitu aja," ucapnya.

Dicky juga mengkritik Indonesia yang minim monitoring tes Covid-19.

Menurutnya, jangankan yang di masyarakat, tes di bandara yang dekat dengan pemantauan dan keamanan saja bisa dipalsukan dan diadur ulang.

"Padahal, untuk menjamin keamanan pemeriksaan Covid-19 ya harus ada mekanisme monitoring yang kuat, ketat, dan quality assurance. Buat saya ini jadi PR besar," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini