SuaraKalbar.id - Di dunia hingga kini masih ada 5 negara yang anut ideologi komunis. Dua negara di antaranya dekat dengan Indonesia, Laos dan Vietnam.
Komunisme adalah paham politik dan ekonomi yang menghapus kepemilikan pribadi. Sementara negara menguasai alat-alat produksi dalam upaya menciptakan kesetaraan ekonomi dan mengakhiri eksploitasi pekerja.
Selama beberapa dekade setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Uni Soviet, dua negara adidaya global yang mewakili kapitalisme dan komunisme, masing-masing terlibat dalam Perang Dingin karena mencari keunggulan dalam ekonomi dan militer.
Uni Soviet menyebarkan komunisme di sebagian besar Eropa Timur, termasuk dalam pembentukan negara sosialis Jerman Timur.
Baca Juga:Ajak Warga Nobar Film G30S/PKI, PA 212: Waspada! PKI Bisa Mati Tapi Komunis Selalu Hidup
Sementara Amerika berusaha sekuat tenaga melakukan apapun demi mencegah komunisme berkembang dan menyebar luas. Namun pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, komunisme runtuh.
Banyak yang menyebut, peristiwa runtuhnya komunisme, sejalan dengan bubarnya Uni Soviet dan dihancurkannya Tembok Berlin di era-era tersebut.
Sejak saat itu, jumlah negara yang menganut paham komunis terus berkurang, karena makin banyak negara yang mengadopsi pasar bebas.
Berikut 5 negara anut idologi komunis hingga kini:
Kuba
Baca Juga:Asal Usul Palu Arit Jadi Lambang PKI Partai Komunis Indonesia
Melansir Fox News, Kamis 30 September 2021, kontrol negara atas ekonomi hampir membuat pemerintah Kuba bangkrut. Negara yang beribukota di Havana ini menduduki peringkat di antara yang terendah dari semua negara di Amerika Selatan dan Amerika Utara dalam hal kebebasan ekonomi.
Kontrol negara atas pasar tenaga kerja telah menciptakan ekonomi informal di mana orang Kuba menjalankan bisnis bawah tanah. Negara ini pernah sangat bergantung pada Uni Soviet untuk tetap bertahan. Namun setelah bubarnya Uni Soviet pada tahun 1990-an, Kuba mengalami krisis ekonomi yang disebut ‘Periode Istimewa’, ketika terjadi kelangkaan bahan pokok yang parah.
Namun kini, Kuba telah bangkit, meski kadang masih menderita kekurangan bahan bakar, makanan, obat-obatan dan lainnya, karena sanksi yang diterapkan AS. Meski begitu, negara kecil di Kepulauan Karibia itu tetap bisa bertahan. Bahkan, Kuba bisa menciptakan vaksin Covid-19 sendiri.
Korea Utara
Korea Utara sendiri menganut ideologi Juche, yang diterjemahkan menjadi kemandirian atau berdikari. Lewat ideologi tersebut, masyarakat Korut didorong untuk tidak bergantung pada pengalaman revolusi negara lain, tetapi atas dasar sejarah revolusioner mereka sendiri, prinsip Marxisme-Leninisme dan kebijakan partai.
Negara tersebut hingga saat ini menjadi salah satu negara paling terisolir di dunia karena kebijakan mengasingkan dirinya. Banyak warga Korea Utara menderita kekurangan gizi dan tidak memiliki akses ke internet. Banyak orang Korea Utara hidup dengan jatah yang ditentukan oleh negara dan berpenghasilan sangat sedikit.
Vietnam
Reformasi ekonomi dan politik telah mendorong pertumbuhan pesat di Vietnam karena 45 juta orang berhasil dientaskan dari kemiskinan pada tahun 2002-2018, menurut Bank Dunia. Penyediaan layanan dasar telah meningkat dalam tiga dekade terakhir dan PDB per kapita negara tersebut telah meningkat beberapa kali lipat.
Banyak produsen juga memindahkan fasilitas produksi mereka dari China ke Vietnam. Tidak seperti negara komunis lainnya, Vietnam tidak mengalami kekurangan investasi, perselisihan perdagangan, atau sanksi yang melumpuhkan dari negara lain.
Laos
Negara yang berada di sebelah barat Vietnam ini mengalami kenaikan ekonomi dalam beberapa dekade terakhir. Kendati begitu, negara satu partai itu masih bergantung pada ekspor sumber daya alam seperti tembaga, emas dan kayu.
Meskipun ada beberapa pertumbuhan, Laos terus berjuang dengan lembaga keuangan dan organisasi perencanaan yang lemah. Sejak Uni Soviet bubar, Laos telah bergantung pada negara-negara industri seperti Jepang dan investasi dari China, Taiwan, India, Korea Selatan, Prancis dan Malaysia.
China
China menjadi negara komunis yang sangat kuat, di mana ekonominya nomor dua terbesar di dunia, dan hingga kini terus membayangi AS dan negara-negara barat dalam menyebarkan pengaruhnya dari berbagai sisi.
Pertumbuhan PDB negara yang terletak di Asia Timur itu rata-rata hampir 10 persen setiap tahunnya sejak mulai membuka diri dan mereformasi ekonominya pada 1970-an.
Bank Dunia melaporkan, pertumbuhan itu berkat kesuksesan China di bidang manufaktur, ekspor dan tenaga kerja bergaji rendah. Populasinya yang besar, 1,3 miliar penduduk juga membuat China menarik bagi investor, karena memainkan peran sentral dalam masalah pembangunan kawasan dan global.