SuaraKalbar.id - Kesultanan Kadriah Pontianak kini menjadi sorotan setelah terjadinya kekerasan terhadap Maha Ratu Mas Mahkota Kusuma Sari Nina Widiastuti di istana pada Minggu (31/10/2021) lalu.
Ratu Nina, yang merupakan istri pertama Sultan IX Kesultanan Kadriah Pontianak Sultan Syarif Mahmud Melvin Alkadrie, diusir secara kasar saat penobatan Tanaya Ahmad, istri kedua Sultan Melvin sebagai ratu baru.
Mirisnya, peristiwa tersebut disaksikan langsung oleh kedua putri buah hasil perkawinan mereka, yakni Syarifah Elvina Febriana Alkadrie dan Syarifah Elvani Apriliani Alkadrie. Kepada jurnalis SuaraKalbar.id, Elvina menceritakan latar belakang pengusiran dalam acara yang dihadiri Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) La Nyalla Mattalitti.
Baca Juga:Kasus Penganiayaan Istri Sultan Pontianak Ratu Nina, Polisi Periksa 6 Saksi
“Abah (panggilannya untuk Sultan Melvin) yang menyuruh pihak istana menyeret kami untuk keluar. Seharusnya, kami sebagai anak dan istri sahnya yang punya hak di sana. Kami tercatat negara, ada akta kelahiran, tapi malah kami yang diusir," kata Elvina kepada Suara.com, belum lama ini.
Dia mengemukakan, dirinya bersama ibu dan saudarinya Elvina kala itu diperlakukan seperti orang lain. Tak ada tawaran yang bisa untuk membuat mereka tetap berada dalam istana tersebut. Mereka tetap diseret keluar dan kami ditutupkan pintu.
"Setelah kami diseret keluar, acara penobatan tetap dilanjutkan. Yang bantu Umi di situ (Istana Kadriah) hanya kami berdua anaknya, perempuan pula. Sedangkan yang menyeret Umi laki-laki semua. Kita mau menyelamatkan Umi, kami malah ditunjuk-tunjuk sama Abah,” katanya.
Elvina mengaku tidak begitu heran dengan perlakuan itu. Sebab menurutnya, sikap sang ayah kepada keluarga telah berubah drastis.
Bahkan, perhatian kecil yang biasa diberikan seperti menanyakan apakah sudah makan, sudah tak pernah lagi terucap dari Sultan Melvin untuk anak-anaknya.
Baca Juga:4 Fakta Penganiayaan Istri Sultan Pontianak Ratu Nina yang Berujung ke Polisi
“Yang paling dekat sama Abah itu saya. Sejak masuk pelakor, kehidupan Abah berubah drastis. Abah tidak peduli dengan kami. Dulu juga kita selalu kumpul, setiap malam Minggu kita jalan-jalan dan sebagainya. Sekarang sudah tidak pernah lagi,” ujarnya.