SuaraKalbar.id - Membaiknya harga Crude Palm Oil (CPO), menjadi satu diantara faktor penyebab naiknya harga minyak goreng sejak akhir tahun 2021 hingga 2022.
Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DKUKMP) Sekadau Jihon, Selasa (11/1/2022).
"Faktor penyebab naiknya harga minyak goreng itu antara lain membaiknya harga Crude Palm Oil (CPO), naiknya harga minyak nabati dunia karena gangguan cuaca yang menekan tingkat produksi nabati,” ujar Jihon, melansir suarakalbar.co.id-jaringan suara.com.
Menurut penuturan Jihon, saat ini permintaan diesel untuk program B30 yang mewajibkan campuran 30 persen diesel dengan 70 persen bahan bakar minyak solar jadi penyebabnya.
Baca Juga:Epidemiolog Dorong Pemprov Kalbar Usahakan Alat Deteksi Omicron yang Lebih Valid
Selain itu, turunnya produksi sawit Malaysia sebagai salah satu penghasil CPO terbesar di dunia dan adanya pandemi Covid-19 sebagai penyebab utama.
Jihon mengatakan, munculnya pandemi Covid-19 sebagai penyebab utama naiknya harga minyak goreng telah berdampak terhadap produksi CPO meski harga CPO saat ini membaik.
Menurutnya situasi pandemi Covid-19 juga telah menyebabkan terganggunya arus logistik kontainer kapal di beberapa negara akibat adanya lockdown sehingga pelabuhan atau pintu masuk tertutup.
“Kita sudah berkomunikasi dengan Kantor Seksi Logistik (Kansilog) Badan Urusan Logistik (Bulog) Kabupaten Sanggau, supaya kedepan bisa menyediakan program yang dapat membantu masyarakat khususnya operasi pasar murah yaitu penjualan minyak goreng tadi,” katanya.
Ia mengatakan kendati demikian sampai saat ini persediaan minyak goreng di Kansilog Bulog Sanggau masih kosong, bahkan diketahui bahwa kosongnya persediaan minyak goreng terjadi di seluruh wilayah Kalimantan Barat.
Baca Juga:Ini Motivasi Revangga Raih Cita-cita Hingga Lolos Calon Jaksa Kejari Kalbar
Hingga saat ini, harga minyak goreng di Pasar Hulu Sekadau saaat ini masih dipatok harga tinggi yakni Rp 22 ribu per liter untuk jenis curah.
Sedangkan minyak goreng jenis kemasan, dibanderol seharga Rp 21 ribu hingga Rp 22 ribu per liter tergantung merk.
Sementara itu kenaikan harga minyak goreng memicu beragam respon dari sejumlah lapisan masyarakat Sekadau, salah satunya Ros (48) yang mana dirinya mengatakan belakangan ini ia dan keluarga memang lebih memilih menggunakan minyak goreng dengan harga lebih murah sebagai konsumsi.
“Milih yang murah jak,tapi sekarang bukannya murah lagi malah dah naik dulu Rp20 ribu per liter sekarang mau Rp 22 ribu, mungkin di kampung mau Rp 25 ribu naiknya. Itulah jadinya susah mau masak ini mau goreng itu mendingan makan sayur rebus jak,” ujar ibu empat anak tersebut.
Dirinya berharap kedepannya harga minyak goreng segera kembali normal sehingga dapat meringankan beban masyarakat, terutama bagi para pedagang makanan yang menjadikan minyak goreng sebagai kebutuhan utama dalam memasak.