Diduga karena Limbah Sawit, Ribuan Ikan di Sungai Retok Mati hingga Bau Anyir Menyengat

Ikan-ikan di Sungai Retok tiba-tiba mengapung dan mati. Kematian seperti ini cenderung aneh,

Bella
Rabu, 20 April 2022 | 11:50 WIB
Diduga karena Limbah Sawit, Ribuan Ikan di Sungai Retok Mati hingga Bau Anyir Menyengat
Ribuan Ikan di Sungai Retok, Kabupaten Kubu Raya Mati Mengapung.(Istimewa)

SuaraKalbar.id - Warga dibuat heboh dengan adanya fenomena ribuan ekor ikan mengapung dan mati di sungai Retok, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar).

Kepala Desa Retok, Sahidin mengatakan dirinya bersama sejumlah tim kemudian menelusuri sungai dan melihat sejumlah ikan mati tampak mengapung.

“Ikan-ikan di Sungai Retok tiba-tiba mengapung dan mati. Kematian seperti ini cenderung aneh,” katanya saat dihubungi suara.com, Selasa(19/04/2022).

Dirinya memastikan, matinya ikan-ikan di sepanjang Sungai Retok dan sekitarnya itu bukan karena racun. Akan tetapi terindikasi pencemaran limbah sawit.

“Saya pastikan ini bukan disebabkan racun ikan. Karena dari ciri-ciri air, air sungai keruh, berbeda jika disebabkan racun ikan. Selain itu, air sungai mengandung minyak,” ujarnya.

Sahidin juga menduga, ada kebocoran kolam penampungan limbah pabrik sawit yang terletak di hulu sungai.

Menurutnya, kejadian serupa sudah pernah terjadi sejak tahun 2015 dan tahun 2019 lalu.

“Kolam penampungan sawit itu letaknya ada di Kabupaten Landak. Tapi aliran sungainya hingga ke Retok. Sejak saya menjadi Kades, sudah tiga kali terjadi. Pertama di tahun 2015, 2019, dan sekarang tahun 2022. Tahun ini yang terparah, ratusan hingga ribuan ekor ikan mati,” ungkapnya.

Akibat peristiwa ini, warga merasa dirugikan lantara Sungai Retok merupakan sarana yang digunakan warga untuk keperluan sehari-hari.

“Kami minta agar ada solusi dari perusahaan untuk memastikan limbahnya tidak berbahaya. Karena warga Retok dan sekitarnya tidak bisa menggunakan untuk mandi, cuci dan konsumsi. Masyarakat sangat dirugikan dan diantaranya ada yang kena diare,” kata Sahidin.

Dengan tegas, Sahidin menyatakan bahwa pihak perusahaan abai dengan kewajibannya.

Menurut Sahidin, pengelolaan dan pendirian pabrik mestinya sesuai dengan standar lingkungan hidup.

“Akibatnya menimbulkan matinya aneka jenis ikan di sungai, di antaranya ikan arwana merah dan arwana silver. Padahal jenis ikan ini dilindungi," ungkapnya lagi.

Sementara itu, aktivis Walhi Kalimantan Barat, Hendrikus Adam juga turut memantau situasi yang terjadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini