"Kalau air kering jadi kendala, kadang bisa tembus, kadang juga harus nunggu air pasang dulu. Kalau air kering pagi, biasa siang sudah pasang. Baru kita bisa jalan,"ujarnya.
Lain hal pula dengan Alwi, salah satu pemilik motor air tambang lainnya. Sehari-hari, Alwi mengangkut penumpang dari rute dermaga Sungai Kakap menuju desa Sepok Prupuk.
"Rutenya dari Kakap ke Sepok Prupuk aja. Kalau di daerah sana iti memang satu jalur 3 desa, Tanjung Saleh, Sepok Prupuk sama Sepok laut. Kalau ada penumpang dari tiga desa itu kita antar, cuma harga nya per orang berbeea-beda,"ucap Alwi.
Selama ini kata Alwi, sangat disayangkan belum ada perhatian pemerintah daerah terhadap para penambang motor air itu. Sebab, dukungan dan bantuan tentunya sangat diharapkan oleh para pemilik motor tambang.
Baca Juga:Sebanyak 32 Wisman Singapura Turun dari Kapal Pesiar di Nongsapura, Siap Jelajahi Batam
Misalkan, lanjut Alwi, memberikan bantuan berupa mesin maupun bahan material untuk perbaikan kapal tambang. Karena beberapa motor tambang terlihat ada yang kondisinya tidak memungkinkan.
"Saya harapkan pemerintah juga mendukung apa yang menjadi kerjaan kami di sini, apalagi ini kerjaan di laut, setidaknya pemerintah dapat bantu bahan material untuk perbaikan motor air atau apa gitu, karena selama ini belum ada," keluhnya.
Sementara itu, salah satu penumpang, Nurasma mengaku terbantu dengan keberadaan motor air tambang di Kabupaten berjulukan Menanjak itu. Sebab motor air merupaka satu-satunya alat transportasi penghubung untuk bepergian dari 3 desa di pesisir sungai itu.
Jika menggunakan kendaraan di darat, hanya sebatas disimpan atau di parkirkan ditempat penitipan kendaraan saja.
"Untunglah masih ada motor air. Kalau pakai kendaraan darat tak bisa, kita harus parkir dulu di tempat penitipan, setelah itu nyebrang nya tetap makai motor air tambang,"tandasnya.
Baca Juga:Tenggelamnya KM Tiana, Pengacara Ayu Anjani Minta Polisi Usut Dugaan Kelalaian Kapten Kapal
Kontributor: Diko Eno