Sejarah Tugu Digulis Pontianak, Monumen 11 Tokoh Kalbar Perintis Kemerdekaan Indonesia

SR adalah organisasi sayap dari PKI, jadi 11 tokoh ini awalnya menganut paham komunisme.

Bella
Kamis, 17 Agustus 2023 | 15:05 WIB
Sejarah Tugu Digulis Pontianak, Monumen 11 Tokoh Kalbar Perintis Kemerdekaan Indonesia
Tugu Digulis Pontianak. (Antara)

SuaraKalbar.id - Masyarakat Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) tentu sudah sangat familiar dengan tugu Digulis yang berdiri kokoh di tengah bundaran Universitas Tanjungpura yang berlokasi di jalan Jenderal Ahmad Yani, Pontianak.

Tugu Digulis yang berbentuk 11 batang bambu runcing tersebut pertama kali diresmikan oleh Gubernur Kalbar, H. Soedjiman pada 10 November 1987.

Awalnya monumen tersebut diketahui hanya dicat berwarna merah dan putih namun karena dianggap lebih seperti bentuk lipstik, maka pada tahun 2006 monumen tugu Digulis mendapatkan renovasi dan berubah lebih mirip dengan bambu runcing seperti saat ini.

Berdirinya 11 batang bambu runcing tersebut bukan tanpa sebab, tugu tersebut sengaja dibangun untuk mengenang 11 tokoh pejuang yang dianugerahi gelar Perintis Kemerdekaan oleh Pemerintah RI.

Baca Juga:Fakta-fakta Kemerdekaan RI yang Jarang Diketahui, Kubur Foto Proklamasi di Bawah Pohon

Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia pada tahun 1926-1927, 11 tokoh tersebut diketahui sengaja diasingkan ke salah satu tempat pengasingan bagi penganut komunis yang berlokasi di Boven Digul, Irian yang kini diketahui berada di Papua Selatan. Oleh Belanda kamp itu didirikan untuk tokoh-tokoh yang berani dan dianggap terlibat melakukan perlawanan, khususnya peristiwa Pemberontakan PKI 1926/1927 di Banten dan Silungkang (Sumatera Barat).

Selain itu Boven Digul juga diketahui merupakan penjara alam yang memiliki banyak sarang malaria hitam yang mematikan. Sehingga asal nama Tugu Digulis diambil dari nama lokasi pengasingan tersebut yakni Boven Digul.

M. Rikaz Prabowo, dosen Sejarah Universitas Tanjungpura, menyebutkan bahwa 11 tokoh asal Kalbar tersebut awalnya merupakan para anggota yang tergabung dari organisasi ‘merah’ atau komunis yang bernama Sarekat Rakyat (SR).

“SR adalah organisasi sayap dari PKI, jadi 11 tokoh ini awalnya menganut paham komunisme. Kita di kalbar tuh ada 11 tokoh kiri yang dijadikan tugu, namun kita gak bisa menyamakan perjuangan komunis antara tahun 1926-1927, dengan tahun 1948 dan tahun 1965,” ujar Rikaz kepada suara.com, Kamis (17/8/23).

Rikaz menjelaskan, meskipun berideologi kiri, tujuan SR memiliki perbedaan dengan gerakan komunis yang terjadi usai kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga:Gunakan Pakaian Dayak Ajudan Jokowi di Sidang MPR Ternyata Putra Kalbar, Ini Sosok Kompol Syarif Fitriansyah

“Peristiwa Gerakan 30 September 1965 dianggap salah karena indonesia sudah merdeka, dan dalam pendapat umum juga disebutkan melawan negara. Tahun 1948, pemberontakan PKI Madiun, itu juga salah karena indonesia sedang mempertahankan kemerdekaan, mereka malah menikam balik pemerintahan yang sah,” jelas Rikaz.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini