SuaraKalbar.id - Baru-baru ini sebuah rumah sakit umum di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, tengah menjadi perbincangan hangat mengenai penelantaran pasien usai YouTuber dr Richard Lee mengundang seorang disabilitas di Kanal YouTube miliknya pada hari Senin (28/08).
Dalam unggahan tersebut, dr Richard Lee diketahui mengundang Maidi Azam, seorang TikTokers disabilitas asal Pontianak yang bercerita bagaimana awal mula dirinya harus kehilangan kedua tangannya.
“Kecelakaan kerja, terkena setrum,” ujar Maidi.
Maidi menjelaskan kejadian tersebut berawal pada tahun 2022 saat dirinya masih berprofesi sebagai tukang kuli bangunan dan tengah bekerja untuk memasang baja ringan di sebuah tempat pencucian mobil.
Baca Juga:Viral Pinpri atau Pinjaman Pribadi di Medsos, Telat Sehari Data Pribadi Disebar
“Baja ringan yang saya pasang itu terkena kabel yang bertegangan tinggi, abis itu tangan saya hangus terbakar. Disitu saya tidak sadarkan diri,” tambah Maidi.
Tak sadarkan diri saat tersengat listrik, Maidi menyebutkan dirinya akhirnya mampu terbangun dan menyadari bahwa sudah dibawa ke sebuah rumah sakit swasta yang ada di Kota Pontianak dengan tangan yang sudah di operasi namun belum diamputasi.
“Disitu saya sudah di rumah sakit, tangan saya udah di operasi dengan diiris buat hilangkan darah bekunya... Belum diamputasi masih bisa ngerasaain” jelasnya.
Sayangnya Maidi menyebutkan dirinya hanya mampu bertahan selama 2 hari di rumah sakit swasta tersebut karena keterbatasan biaya.
“Disitukan mahal ya harganya per malam, kalo gak salah 2 hari itu Rp 25 juta atau Rp 20 juta. Jadi saya bersama keluarga berinisiatif pindah ke rumah sakit negeri yang pake kartu BPJS,” ujar Maidi.
Baca Juga:Menkes Sebut Anggaran Belanja BPJS Bakal Naik Tahun Ini karena Polusi Udara
Maidi menyebutkan awalnya ia tak mengira sengatan listrik tersebut dapat berakibat fatal hingga harus menghilangkan kedua tangannya sehingga tanpa khawatir ia pun pindah ke rumah sakit umum yang juga terbilang cukup besar di Kota Pontianak.
“Jadi bawa ke rumah sakit yang bisa pakai BPJS, yang terbesar juga itu rumah sakitnya, sampai disana ternyata pelayanannya kurang baik, dibiarkan begitu saja selama 12 hari, gak ada solusinya,” ujarnya.
Maidi mengaku cukup kecewa karena saat dirinya masih berada di rumah sakit swasta kedua tangannya masih bisa digerakan, namun pihak rumah sakit umum malah menyebutkan operasi sebelumnya tidak bagus sehingga melakukan operasi dengan menambah irisan baru pada tangan Maidi yang malah membuat tangannya menghitam dan mati rasa.
“Gak ada pelayanan rasanya karena gak ada solusi, saking berasa sakitnya saya udah pasrah. Amputasi ya amputasi aja tapi gak ada solusi,” pasrah Maidi.
Melihat dirinya yang ditelantarkan selama 12 hari tanpa solusi bahkan tanpa penangan serius, akhirnya membuat Maidi berniat kembali ke rumah sakit swasta sebelumnya.
“Disitu marah (pihak Rumah Sakit Umum), ‘Gak boleh suka-suka, gak boleh keluar dari rumah sakit’, saya bukan suka-suka saya bilang, ‘Saya udah 12 hari disini Cuma gak ada solusi, entah amputasi atau obat, hanya infus, dokternya datang 2-3 kali selama 12 hari,” tawa Maidi.
dr Richard Lee yang mendapati jawaban tersebut tampak cukup kaget dan ikut tertawa karena tidak menyangka durasi kehadiran dokter yang sangat sedikit selama Maidi berada di rumah sakit tersebut.
Tampak penasaran, dr Richard Lee kembali memastikan apakah benar dari rumah sakit umum tersebut sama sekali tak memberikan solusi terkait yang dialami oleh Maidi.
“Gak ada tuh solusi dari mereka kita akan amputasi atau apa?” tegas dr Richard Lee.
Maidi menjelaskan sebenarnya dirinya sempat mendapatkan solusi dari pihak rumah sakit umum tersebut. Solusi yang ditawarkan adalah dengan mengamputasi tangan Maidi namun dirinya harus menunggu dan pihak rumah sakit tidak dapat memastikan waktunya sehingga Maidi diminta untuk menunggu berbagai konfirmasi dokter padahal tangannya sudah mulai membusuk semakin naik ke bagian atas.
Selain itu Maidi bahkan sempat diancam oleh pihak Rumah Sakit Umum dengan mematikan BPJS miliknya jika Maidi masih bersikeras untuk keluar dari rumah sakit.
“Saya udah gak mikirin itu, BPJS bikin apa? Toh BPJS dipakai juga seperti ini pelayanannya. Saya bilang saya mau pulang aja, gak bilang mau pindah,” ucap Maidi.
Maidi pun akhirnya kembali ke rumah sakit swasta sebelumnya dalam keadaan pasrah yang dinilai lebih bagus meskipun harus membayar dengan biaya yang cukup mahal.
Cukup semalam berada di rumah sakit swasta tersebut dan tanpa menunggu berbagai jenis dokter, tangan Maidi kemudian langsung diamputasi.
Mendengar hal itu, dr Richard Lee bahkan terlihat tak habis pikir dan berharap instansi yang dimaksud dapat berubah lebih baik lagi apalagi terkait pelayanan penggunaan BPJS.
“Pada instansi terkait, didengarkanlah ini ya. Dari saya koas, sampai detik sekarang, 13-14 tahun, masih gak ada perubahan seperti itu ya, didengarkanlah kadang-kadang kita gak punya opsi lain dan BPJS itu adalah salah satu opsi yang luar biasa tapi kalo BPJS mau memperpanjang penderitaan ya untuk apa,” jelas dr Richard Lee.