Sampah Menggunung hingga 100 Ton Pasca Imlek di Singkawang, Ternyata Warga Tionghoa Punya Alasan Unik

enis sampah utamanya adalah plastik makanan dan kertas sisa petasan atau kembang api,

Bella
Jum'at, 16 Februari 2024 | 19:58 WIB
Sampah Menggunung hingga 100 Ton Pasca Imlek di Singkawang, Ternyata Warga Tionghoa Punya Alasan Unik
Ilustrasi petasan (pixabay/PublicDomainPictures)

SuaraKalbar.id - Volume sampah di Kota Singkawang pada minggu pertama bulan Februari mencapai angka yang mengkhawatirkan, yakni sebanyak 100,6 ton per meter kubik. Menurut Kepala UPT Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kota Singkawang, Agung Ananta Prabowo, peningkatan ini dipicu oleh lonjakan jumlah kunjungan wisatawan yang ingin menyaksikan kemeriahan perayaan Imlek 2575.

Agung Ananta Prabowo menjelaskan bahwa selama periode 6 hingga 10 Februari 2024, terutama pada malam perayaan Imlek, volume sampah rata-rata mencapai 94 ton per meter kubik per hari. Sampah ini didominasi oleh plastik makanan dan sisa-sisa perayaan malam Imlek, seperti sampah kertas kembang api atau petasan.

"Mulai tanggal 6 Februari, volume sampah di Singkawang sudah meningkat tajam, walaupun terjadi penurunan yang tidak signifikan, masih berada dalam kisaran 90-100 ton per hari. Jenis sampah utamanya adalah plastik makanan dan kertas sisa petasan atau kembang api," ujar Agung Ananta Prabowo seperti dikutip dari Suarakalbarcoid, Jumat.

Diketahui, kepercayaan warga Tionghoa yang melarang membersihkan rumah dan membuang sampah selama perayaan Imlek, terutama pada hari pertama hingga hari ketiga perayaan, berdampak pada penurunan volume sampah sekitar 30-35 persen dari hari-hari biasa. Warga Tionghoa bahkan meminta petugas untuk tidak membersihkan sisa petasan yang berserakan di area rumah mereka, karena diyakini dapat menghilangkan hoki atau keberuntungan.

Baca Juga:Kawasan Pecinan Pontianak jadi Lokasi TPS, Petugas TPPS Pakai Baju Tradisional Tionghoa

Agung Ananta Prabowo memerintahkan kepada bawahannya untuk menghargai keyakinan tersebut dan melanjutkan membersihkannya setelah diperbolehkan.

"Warga Tionghoa memiliki keyakinan yang melarang untuk membersihkan rumah dan membuang sampah, bahkan mereka meminta petugas kami untuk tidak membersihkan sisa petasan di sekitar rumah mereka. Oleh karena itu, demi menghargai keyakinan mereka, saya perintahkan tim untuk tidak membersihkan sisa petasan di area pemukiman warga Tionghoa, khususnya di sekitar jalan P. Diponegoro, Sejahtera, Niaga, dan sekitar kawasan Pasar Hongkong," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini