SuaraKalbar.id - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Pemprov Kalbar) semakin gencar mengkampanyekan pencegahan pernikahan dini di kalangan remaja, seiring tingginya angka pernikahan anak yang memprihatinkan di wilayah tersebut. Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar, Harisson, menekankan pentingnya edukasi dan sosialisasi sebagai upaya untuk menekan angka pernikahan dini, khususnya dalam peringatan Hari Anak Nasional ke-40 di Pontianak, Selasa.
Harisson mengungkapkan bahwa pernikahan dini berdampak negatif signifikan terhadap pendidikan dan masa depan anak-anak.
"Anak-anak harus diberi kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan mereka terlebih dahulu. Pernikahan dini sering kali menghambat potensi mereka untuk berkembang," ujarnya.
Sebagai langkah konkret, Pemprov Kalbar berencana memperkuat kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, terutama Kementerian Agama (Kemenag), dalam mengedukasi masyarakat tentang bahaya pernikahan dini. Edukasi ini akan menyasar tidak hanya orang tua, tetapi juga remaja yang rentan terhadap tekanan untuk menikah muda.
Baca Juga:Jumlah Titik Panas Meningkat Tajam di Kalbar, Begini Kata BMKG
Dalam momen peringatan Hari Anak Nasional ke-40, Harisson juga memperkenalkan Gerakan Sayang Anak, sebuah inisiatif Pemprov Kalbar yang bertujuan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Gerakan ini menitikberatkan pada perlindungan anak dari berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi, termasuk pernikahan dini.
Harisson mengajak seluruh masyarakat untuk lebih peduli dan berani melaporkan jika melihat indikasi kekerasan terhadap anak atau pernikahan dini di lingkungan mereka.
"Kepedulian kita terhadap sesama dapat menyelamatkan masa depan anak-anak. Jika melihat adanya kekerasan atau pernikahan dini, saya harap masyarakat segera melapor kepada pihak berwajib," tegasnya.