Air Keruh dan Gatal: Derita Warga Tayan Akibat Tambang Bauksit

Limbah dari pertambangan ini membuat air sungai berlumpur dan menyebabkan iritasi kulit bagi warga,

Bella
Kamis, 03 Oktober 2024 | 16:00 WIB
Air Keruh dan Gatal: Derita Warga Tayan Akibat Tambang Bauksit
Aktivitas penambangan bauksit di di wilayah Tayan, Kalimantan Barat yang disebut kian mengancam kualitas Sungai Kapuas. ANTARA/HO-Trend Asia

SuaraKalbar.id - Aktivitas penambangan bauksit yang semakin masif di wilayah Tayan, Kalimantan Barat, telah menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan, terutama pada kualitas air Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia.

Ahmad Syukri, aktivis lingkungan dari Link-Ar Borneo, mengungkapkan bahwa sejumlah perusahaan tambang seperti PT Aneka Tambang (Antam), PT Bintang Tayan Mineral, dan PT Kapuas Bara Mineral telah mengepung pesisir Sungai Kapuas dengan tumpukan bauksit hasil eksplorasi. Hal ini menyebabkan air sungai berlumpur dan mengganggu kesehatan masyarakat setempat.

"Limbah dari pertambangan ini membuat air sungai berlumpur dan menyebabkan iritasi kulit bagi warga, karena sungai ini masih menjadi sumber utama air bersih untuk mandi dan mencuci," jelas Ahmad dalam sebuah pernyataan di Pontianak, Rabu (2/10).

Selain berdampak pada kesehatan masyarakat, kerusakan ekosistem sungai akibat pencemaran ini juga mempengaruhi perekonomian lokal.

Baca Juga:KPU Kalbar Tetapkan Batas Pengeluaran Dana Kampanye Pilgub 2024 Rp87,8 Miliar

Nelayan yang bergantung pada Sungai Kapuas melaporkan penurunan drastis hasil tangkapan ikan dan udang, yang menjadi mata pencaharian utama mereka. Ahmad menambahkan bahwa hilirisasi bauksit yang didorong pemerintah justru memperburuk situasi.

Sungai Kapuas tidak hanya menjadi korban pencemaran dari pertambangan bauksit, tetapi juga dari anak sungai di Tayan yang terpapar limbah serupa.

Bob Glorius, vokalis band LAS! sekaligus aktivis lingkungan, turut prihatin dengan situasi ini. Menurutnya, potensi ekowisata Sungai Kapuas bisa menjadi alternatif ekonomi hijau, namun pencemaran yang terjadi mengancam keberlanjutan lingkungan dan kehidupan warga.

"Sungai Kapuas bisa menjadi destinasi ekowisata yang mendukung ekonomi hijau, namun industri ekstraktif telah merusak lingkungan dan merampas hak dasar masyarakat atas air bersih," ujarnya saat mengikuti susur sungai bersama Trend Asia dan Link-Ar Borneo.

Dalam kunjungan tersebut, Arko Tarigan, juru kampanye dari Trend Asia, mempertanyakan manfaat hilirisasi mineral bagi masyarakat lokal.

Baca Juga:Sah! 65 Anggota DPRD Kalbar Periode 2024-2029 Resmi Dilantik, Ini Daftarnya

"Warga sekitar tambang lebih membutuhkan lingkungan yang bersih untuk bertahan hidup, bukan sekadar janji hilirisasi yang hanya menguntungkan segelintir pihak," katanya.

Dengan pencemaran yang semakin parah, langkah tegas dari pemerintah dan perusahaan pertambangan sangat diperlukan untuk melindungi Sungai Kapuas dan masyarakat sekitarnya. Jika tidak, ancaman terhadap lingkungan dan kesejahteraan warga akan terus berlanjut. (Ant)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini