Scroll untuk membaca artikel
Bella
Jum'at, 25 Maret 2022 | 17:54 WIB
Perayaan meriam karbit, salah satu karya budaya pontianak yang masuk sebagai warisan budaya takbenda Indonesia. (Suara.com/Rabiansyah)

SuaraKalbar.id - Seorang Warga Kota Pontianak, Suci mengaku sedikit kecewa atas keputusan pemerintah Kota (Pemkot) Pontiak yang kembali meniadakan festival meriam karbit pada moment Idul Fitri tahun ini.

Padahal  menurutnya, festival meriam karbit merupakan tradisi masyarakat khusunya di Pontianak yang rutin dilakukan setiap tahun pada malam Idul Fitri.

"Ape ye, kalau ndak ade meriam tuh rase nye macam ndak lebaran, ndak meriah bah, apelagi kan meriam ni udah ciri khas di Kalbar kalau mau lebaran," ucapnya, Jumat (25/3/2022).

Ia pun berharap, tahun berikutnya festival meriam karbit dapat di gelar kembali, agar suasana malam Idul Fitri kembali meriah.
Diketahui, tahun 2021 festival jni juga sempat ditiadakan, dikarenakan kondisi pandemi covid-19 yang dinilai belum berakhir.

Baca Juga: Tak Bisa Dihubungi, Seorang Pria di Desa Purun Kecil Rupanya Sudah Tewas Gantung Diri

Sebagai informasi, meriam karbit merupakan permainan rakyat, yang menjadi tradisi setiap bulan Ramadhan dan malam Idulfitri di Kota Pontianak.

Permainan meriam karbit di Kota Pontianak, sudah menjadi warisan budaya tak benda dan pastinya harus dilestarikan, permainan meriam karbit selalu ada untuk menyemarakkan bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri, karena identik sebagai penanda atas datangnya satu syawal di Kota Pontianak.

Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, Zulkifili menyebut sejak pandemi covid-19 melanda, festival meriam karbit yang dilaksanakan tepat pada malam Idul Fitri terpaksa tidak digelar, sebab permainan meriam karbit bakal mengundang keramaian serta akan sulit untuk menjaga jarak, keputusan ini dilakukan dalam memutus mata rantai penyebaran covid-19.

"Kami telah menyampaikan keputusan ini kepada forum meriam karbit dan keputusan ini dapat dipahami," katanya.

Dirinya menyampaikan, sejauh ini ada lebih dari 50 kelompok meriam karbit di Kota Pontianak, sedangkan untuk jumlah meriamnya tergantung dari setiap kelompok, maka jika ditotalkan seluruh meriam karbit sebanyak 300-an meriam.

Baca Juga: Bisnis Menjanjikan, Buka Warkop Bisa Kurangi Pengangguran

"Kalau jumlah meriam banyak pastinya, karena di setiap gang pinggiran sungai Kapuas di kawasan Jalan Imam Bonjol, Tanray 2 (Tanjung Raya), Tanray 1," paparnya.

Sementara itu, Pamong Budaya Ahli Muda pada Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, Sri Supriyanti menjelaskan jika festival permainan meriam karbit yang sebelum pandemi rutin digelar di Pontianak, dianggap telah memberikan multiplier effect di masyarakat.

Permainan itu dinilai tak hanya sekedar melestarikan budaya, namun juga berdampak langsung terhadap aktivitas ekonomi bagi masyarakat sekitar.

"Permainan meriam karbit yang rutin digelar pada malam Idulfitri yang lokasinya persis di tepi sungai kapuas, sangat berdampak positif terhadap perekonomian warga sekitar, yang mana dalam pelaksanaannya lokasi permainan meriam karbit tersebut bakal ramai didatangi pengunjung," terangnya.

Dirinya menyebut jika dari pengunjung tersebut, terjadinya potensi perekonomian. Dimana warga setempat kecipratan rezeki dari parkir, lalu adanya lapak atau usaha kecil-kecilan dadakan warga yang menjual makanan dan minuman ringan.

"Dari aktivitas ekonomi itu para pedagang mampu meraup untung lebih dari seratus ribu rupiah per malamnya," jelasnya.

Tidak hanya meriam karbit, akibat pandemi covid-19 beberapa festival kebudayaan lainnya terpaksa tak digelar, misalnya festival Cap Go Meh.

Kontributor: Rabiansyah

Load More