SuaraKalbar.id - Sepasang suami istri menggegerkan Kota Mempawah, Kalimantan Barat belum lama ini. Pasalnya, pasutri tersebut menunggangi mobil untuk pergi pengamen.
Tak tanggung-tanggung, kendaraan yang digunakan pasutri itupun ditaksir harganya ratusan juta. Warga yang melihatnya pun dibuat terheran.
Tokoh Masyarakat Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Khairani membenarkan kejadian tersebut. Ia mengaku sempat bertemu dengan pasutri tadi.
Khairani menyadari mengamen bukanlah pekerjaan yang dapat dipandang sebelah mata. Menurutnya, pekerjaan tersebut apabila ditekuni dapat membuahkan hasil.
Baca Juga:Kerap Makan Korban, Perbaikan Jalan Senggiring Diharapkan Segera Rampung
"Sisi positif nya bisa kita ambil dia adalah orang yang pekerja keras, dan dia pun tidak menadahkan tangannya untuk mendapatkan sesuatu dari orang yang mendengarkan hasil dari pada seni dia," katanya kepada SuaraKalbar.id, Sabtu (26/9/2020).
Kharaini mengetahui sisi cerita pasutri ini. Ia menilai kerja kerasa mereka bisa menjadi teladan bagi masyarakat.
"Dia itu kan menjual seni dia melalui suara, dari situ kita bisa ambil kesimpulan, orang-orang seperti ini saja bisa berhasil dari ketekunan yang dilakukannnya, dia bisa menabung bahkan ada baiknya kita contoh,"ujarnya.
Pria yang karib disapa Bung Ranie tersebut lantas menceritakan awal pertemuannya dengan pasutri pengamen di sebuah warung kopi di kawasan Sungai Pinyuh.
Ia mengatakan kedua pengamen yang menaiki mobil tersebut adalah Dwi Halija dan Indra yang diketahui tuna netra.
Baca Juga:Prosesi Pemakaman di Mempawah Terhalang Akibat Bendungan Jebol
Saat beraksi, pasangan itu kerap mengudang perhatian karena Dwi Halija suaranya merdu mirip penyanyi dangdut.
"Di Sungai Pinyuh mereka sering saya lihat dulu mereka datang pakai mobil untuk mengamen disini, saya awalnya ragu dengan suara mereka, pas musik dihidupkan, istrinya nyanyi, saya kira lipsing tetapi memang betul keluar dari suara dia dan ternyata suaranya mirip artis penyanyi Evi Tamala," ceritanya.
Saat itu juga , bung Ranie mengajak mereka bercerita karena merasa penasaran. Mereka lantas berbagi pengalaman selama menjadi pengamen di Kalbar.
"Itu bisa menjadi contoh karena betahun-tahun dia mau hujan mau hari ribut dulu naik turun bus dan bisa membeli motor. Karena dia ingin merasakan jerih payahnya selama ini maka mereka beli mobil agar tidak terkena hujan dan panas," ceritanya.
Berbekal microphone dan speaker mini, pasutri ini berjalan kaki mengelilingi ruko di Pasar Mempawah. Dwi Halijah bertugas menyanyi, sedangkan suaminya membawa speaker yang disimpan dipundaknya.
"Pokoknya setiap pekan saya sering lihat mereka di Sungai Pinyuh, jadi menurut saya mereka tak perlu malu untuk kesini lagi, karena kerja keras mereka ini mennjadi panutan untuk dijadikan contoh yang baik bagi masyarakat lainnya," tukasnya.
Sementara itu, kepada Ranie, Dwi bercerita bahwa ia dan sang suami sudah bertahun-tahun lalu mengamen dengan mengendarai sepeda motor.
Namun, berkat ketekunannya dalam menabung hingga akhirnya mampu mengumpulkan uang untuk membeli mobil yang dipakainya tersebut.
"Mobil ini titipan untuk anak-anak. Uang dari mengamen ditabung dan uangnya bisa kita hasilkan sesuatu," bebernya.
Dwi menyakinkan dia dan suaminya tak pernah untuk mengemis dan meminta-minta. Dia hanya mengamen menjajakan suaranya kepada masyarakat yang membutuhkan hiburan.
“Kami tidak pernah meminta-minta dan memaksa orang untuk memberi uang . Kalau kami tidak dipedulikan saat mengamen, kami pun akan pergi,” ucapnya.
Dwi menceritakan suaminya mengalami kebutaan sejak anaknya masih kecil. Saat ini, kedua anaknya telah duduk dibangku Sekolah Dasar (SD)
“Jika suami saya tidak buta, untuk apa kita ngamen. Anak saya masih bayi, suami sudah mengalami kebutaan,” pungkasnya.
Kontributor : Eko Susanto