Ada keputusan lainnya yakni mengatur ekonomi dengan mendirikan koperasi-koperasi dan koperasi terpusat.
Dengan tujuan mengubah struktur ekonomi kolonial ke perekonomian revolusioner. Kemudian menembus tirai besi NICA agar perjuangan di Kalimantan dapat didengar dan diketahui Republik Indonesia dan dunia.
Pada malam hari tanggal 15 ke16 Mei 1949 selesailah teks proklamasi itu dan ditik oleh Romansi.
Pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 1949, kira-kira pukul 10.00 pagi dibuat proses verbal mengenai musyawarah dan laporan rumusannya, ditanda tangani H Aberanie Sulaiman, Budhigawis, Maxim Le Miaty dan Romansi.
Baca Juga:2.241 Narapidana di Kalbar Terima Remisi Lebaran, 9 Orang Langsung Bebas
Pada hari itu pula Gusti Aman, Maxim dan Hasnan Basuki ditugaskan membawa dokumen itu kepada Pimpinan Umum Hassan Basry di Niih –salah satu desa di wilayah pegunungan Meratus, saat ini masuk wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Tempat di mana Hassan Basry berada hanya diketahui Hasnan Basuki.
Pada 16 Mei 1949, kira-kira jam lima sore, rumah persembunyian Hasnan Basuki dapat ditemukan di Jambu Hulu, di rumah Guru Idar. Rombongan bermalam satu malam di sini, baru keesokan harinya mereka berangkat pada tanggal 17 Mei 1949 ke Hulu Banyu, melewati Lumpangi, Batantangan dan baru tiba pada sore harinya menjelang magrib di Niih.
Selanjutnya rombongan bertemu dengan Pimpinan Umum Hassan Basry dan ajudannya Tobelo di Niih. Rombongan menyerahkan dokumen kepada Pimpinan Umum. Setelah mendapat persetujuan Pimpinan Umum, barulah Proklamasi 17 Mei ditanda tangani Hassan Basry sebagai Gubernur Tentara.
Proklamasi 17 Mei tersebut kemudian dibacakan oleh Pimpinan Umum dalam suatu upacara di Mandapai yang dihadiri pasukan penggempur, anggota Markas Pangkalan terdekat dan masyarakat setempat. Berita proklamasi ini disebarkan dalam bentuk pamflet ke seluruh daerah.
Kemudian teks proklamasi tersebut berhasil ditempel pada tanggal 20 Mei 1949 dan membuat gempar masyarakat Kandangan.
Baca Juga:Lepat Lau Makanan Khas Lebaran di Kalbar, Lezatnya Bikin Nagih!