Harga Sawit di Kalbar Melambung, Petani Semringah

Harga sawit mencatat rekor tertinggi.

Husna Rahmayunita
Jum'at, 04 Juni 2021 | 17:23 WIB
Harga Sawit di Kalbar Melambung, Petani Semringah
Ilustrasi - Petani kelapa sawit panen. [Suara.com/Panji Ahmad Syuhada]

SuaraKalbar.id - Angin segar bagi petani kelapa sawit di Kalimantan Barat. Sebab, harga tanada buah segar (TBS) sawit melambung.

Bahkan mencatat harga tertinggi,  yakni Rp 2.438 per kilogram sawit umur 10-20 tahun.

Hal itu berdasarkan hasil rapat penetapan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar periode II Mei 20221.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kalbar, Indra Rustandi mengatakan saat ini petani sawit gembira mengetahui kenaikan harga ini.

Baca Juga:5 Tradisi Unik Suku Dayak, Tak Hanya Kuping Panjang

Dia menyebut, petani sangat senang dengan konsistennya kenaikan harga sawit beberapa bulan belakangan.

“Pada dasarnya petani sangat berbahagia dengan kenaikan TBS ini,” ujarnya, Kamis (4/6/2021) seperti dikutip dari Antara.

Pihaknya terus memantau pergerakan harga TBS dan minyak sawit.

Kelapa sawit (Freedigitalphotos/think4photop)
Kelapa sawit (Freedigitalphotos/think4photop)

"Bersyukur sampai sejauh ini, baik TBS maupun minyak sawit kerap mencatat rekor harga tertinggi dan petani mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan tingginya harga tersebut," sambungnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR (Aspekpir) Kalbar Ys Marjitan mengatakan tingginya harga sawit ini disebabkan oleh sejumlah faktor.

Baca Juga:Pilihan Transportasi dari Pontianak ke Singkawang buat Pelancong

"Ini disebabkan di seluruh Indonesia yang provinsi ada kebun sawit sudah memasuki masa peremajaan dengan sendirinya pasokan tersebut berkurang dan permintaan tersebut tidak berkurang. Dengan sendirinya harga cenderung naik," ungkapnya.

Dia berharap harga TBS bisa bertahan hingga para petani yang mengikuti program peremajaan sawit rakyat (PSR) berproduksi.

Selain itu, petani yang sedang dalam proses PSR tidak terpengaruh dengan harga tetapi makin semangat untuk mengganti kebun tua menjadi kebun muda.

Marjitan juga mengtakan program biodisel juga memicu bergeraknya kebutuhan CPO.

"Kebutuhan akan energi biodiesel berbahan CPO membuat permintaan minyak nabati ini juga mengalami kenaikan," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini