Disebut Kimleng, karena tepat di tikungan jalan terdapat rumah makan dengan pemiliknya bernama Kimleng, pengusaha sekaligus mantan Kepala Desa Subah. Dari tikungan Kimleng, masuk lagi jalan kecil menuju ke Danau Laet, sejauh 4,5 km.
Hikayat Nama Laet
Danau yang memiliki luas 800 hektare ini, masuk wilayah Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Di desa ini mayoritas penduduknya adalah suku Dayak Tobak. Dalam kesehariannya, masyarakat suku Dayak ini menggunakan bahasa Ope atau be-ope, dengan logat khas.
Adapun nama Laet berarti bakul tempat nasi terbuat dari anyaman bambu. Bermula dari legenda tentang perempuan yang menantikan kembalinya sang putra yang merantau ke kota, menggunakan perahu layar melintasi danau.
Baca Juga:Jalan-jalan ke Kalimantan Barat? Ini Lima Hidangan yang Pantang Terlewat
Setelah berlalu puluhan tahun, sebuah kapal besar merapat ke danau, tepat di depan rumah sang ibu. Menurut warga sekitar, pemilik kapal itu adalah putra sang ibu yang datang didampingi seorang perempuan cantik.
Sang ibu yang mengetahui putranya datang langsung menghampiri anaknya. Namun, si anak menolak pengakuan perempuan paruh baya itu adalah ibunya.
Perempuan tua itu sedih dan saat kapal besar itu meninggalkan danau, tidak lama tersiar kabar mengalami karam.
Saat melihat sebuah laet atau bakul nasi terapung-apung di atas danau, yakinlah sang ibu bahwa memang kapal anaknya karam. Pasalnya, laet itu adalah pemberiannya sebagai bekal perjalanan.
"Dari cerita itu, warga menyebutnya Danau Laet," ungkap Palestin (58), warga Subah, menceritakan kepada Insidepontianak.
Baca Juga:Bus Listrik MAB Karya Putra Bangsa, Diharapkan Bisa Mengilhami Anak Sekolah
Kreasi Berdasar Ide dari Tempat Wisata di Bandung