Sayangnya, sambung Setra, sepanjang tahun 2020-2022 Yayasan Webe Konservasi Ketapang telah mencatat tiga kasus insiden kematian pesut (diduga Orcaella brevirostris) dan satu kasus pesut tanpa sirip (Neophocaena phocaenoides) di sekitar KKP3K TPK Kendawangan.
“Meningkatnya insiden kematian pesut di sekitar kawasan ini perlu menjadi perhatian para pihak. Termasuk penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab meningkatnya kematian mamalia laut yang terancam punah ini di Kendawangan,” ucap Setra.
Padahal, menurutnya wilayah selatan Kendawangan sudah diapit oleh dua kawasan konservasi, yakni Cagar Alam Muara Kendawangan dan KKP3K TPK Kendawangan.
“Mungkin, sudah ada perubahan keseimbangan ekosistem perairan sungai dan laut di kawasan Kendawangan yang dipicu oleh peningkatan aktivitas masyarakat, meluasnya kawasan perkebunan di hulu Sungai Kendawangan, dan peningkatan angkutan bahan tambang serta industri lainnya di sekitar kawasan,” jelas Setra.
Baca Juga:5 Alasan Kucing Perlu Menghindari Makan Nasi, Rentan Malnutrisi!
Menurut Setra, hal ini perlu dikaji lebih intensif untuk dapat mencegah punahnya beberapa jenis mamalia air langka, terutama pesut dan dugong.
Yayasan Webe Konservasi Ketapang bersama mitra kelautan di Kalbar berupaya meningkatkan upaya penyadartahuan akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup baik di darat, sungai, dan laut demi menjaga keberadaan mamalia air tetap lestari di wilayah Kendawangan.
“Dengan demikian bisa membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat Kendawangan,” pungkasnya.