- Kabupaten Kubu Raya menghadapi ancaman tiga bencana alam utama: banjir, puting beliung, dan kebakaran hutan dan lahan.
- Pemerintah Kabupaten Kubu Raya fokus menormalisasi saluran air, progresnya diklaim telah mencapai 75 persen kawasan.
- Bupati Sujiwo menginisiasi kolaborasi strategis dengan perusahaan sawit untuk mitigasi bencana karhutla.
SuaraKalbar.id - Cuaca ekstrem menjadi ancaman bagi sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Kabupaten Kubu Raya. Ada tiga bencana yang kerap mengancam, yaitu banjir, puting beliung, dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kondisi geografis yang kompleks, tingginya curah hujan membuat risiko bencana semakin meningkat. Bupati Kubu Raya Sujiwo mengatakan sejumlah langkah antisipasi dan pencegahan bencana yang menjadi fokus pemerintahannya.
Untuk penanganan banjir, pihaknya telah melakukan normalisasi saluran air yang kini mulai menunjukkan hasil yang signifikan.
“Dari sekarang kita sudah lakukan upaya-upaya pencegahan. Salah satunya, kalau yang kita upayakan sekarang ini adalah kita melakukan normalisasi. Dari mulai saya habis dilantik, kita langsung action. Langsung action, hampir ya sekitar 75 persen kawasan itu sudah kita normalisasi. Kalau yang kewenangan kabupaten sudah 100 persen," katanya melansir suarakalbar, Jumat 5 Desember 2025.
Meski belakangan curah hujan tinggi, upaya normalisasi yang telah dilakukan mampu mencegah terjadinya banjir. Dirinya optimis upaya preventif tersebut akan menekan dampak banjir ke depannya.
"Saya meyakini akan terjadi penurunan. Saya prediksi sampai 80 persen. Kemarin saya cek di beberapa titik, curah hujan agak tinggi enggak ada banjirnya," ujarnya.
Ia juga menyoroti potensi karhutla di tengah luasnya area perkebunan kelapa sawit di Kubu Raya. Menghadapi realitas ini, dirinya menjelaskan pemerintah kabupaten mengambil pendekatan kolaboratif dan komunikatif dengan perusahaan-perusahaan sawit.
"Saya selaku bupati akan membangun komunikasi dengan para manajemen perusahaan-perusahaan supaya kita mengambil langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi terutama bencana banjir dan kebakaran hutan dan lahan," ucapnya.
Sujiwo menyadari karakteristik sawit yang rakus air dan kurang efektif sebagai resapan saat hujan deras. Namun, mengingat kontribusi sektor sawit terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, pemerintah kabupaten berkomitmen untuk menjaga dan merawat perkebunan yang ada sambil secara aktif mencari solusi bersama untuk memitigasi risiko bencana.