Meneruskan Tradisi Tenun Ikat yang Berinovasi di Desa Ensaid

Desa Ensaid Panjang telah terkenal sebagai penghasil produk tenun ikat berkualitas.

Dythia Novianty
Minggu, 24 Januari 2021 | 13:05 WIB
Meneruskan Tradisi Tenun Ikat yang Berinovasi di Desa Ensaid
Pelatihan diversifikasi produk tenun ikat. [Suara.com/Ocsya Ade CP]

SuaraKalbar.id - Desa Ensaid Panjang telah terkenal sebagai penghasil produk tenun ikat berkualitas di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Namun, produk yang dihasilkan masih terbatas dalam bentuk lembaran kain, selendang maupun syal. Masyarakat belum terbiasa menghasilkan produk-produk turunan yang lebih menarik dan dapat dipasarkan secara lebih intensif.

Untuk itu, Kalimantan Forest Project atau biasa dikenal dengan KalFor Project berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sintang, memberikan pelatihan diversifikasi produk tenun ikat di Ensaid Panjang.

Pelatihan yang dilaksanakan selama 5 hari sejak 23 sampai 27 Januari 2021 ini dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang, Dra. Yosepha Hasnah.

Pelatihan diversifikasi produk tenun ikat. [Suara.com/Ocsya Ade CP]
Pelatihan diversifikasi produk tenun ikat. [Suara.com/Ocsya Ade CP]

Dalam sambutannya, Hasnah menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Sintang sangat mendukung pelatihan ini.

Baca Juga:6 Jenaza Korban Sriwijaya Air Jatuh Tiba di Kalimantan Barat

"Dengan harapan pelatihan ini dapat mendorong keterlibatan generasi muda dalam aktivitas dan regenerasi tradisi tenun di Desa Ensaid Panjang," harap Hasnah, Minggu (24/1/2021).

Pelatihan diversifikasi produk ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penenun, dalam pengoperasian mesin jahit maupun menciptakan menciptakan inovasi-inovasi baru dalam kreasi produk turunan tenun ikat Ensaid Panjang.

Produk turunan yang dimaksud seperti dompet, cover buku, tas, atau masker dengan harga jual yang bervariasi.

"Melalui pelatihan ini diharapkan para penenun dapat belajar untuk menghasilkan produk turunan yang lebih inovatif. Sehingga dapat dijual sebagai suvenir dengan harga yang bervariasi, bersaing, bermanfaat dan mudah untuk dibawa pulang," harapnya lagi.

Sejatinya, kegiatan ini juga sejalan dengan Pemerintah Kabupaten Sintang yang sedang menghadapi berbagai tantangan dalam mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan.

Baca Juga:Pemilik Sanggar Tari Cabuli 9 Murid, Modusnya Bikin Geleng Kepala

“Di satu sisi kita mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun di sisi lain kita harus tetap menjaga kelestarian lingkungan," kata Hasnah.

Pelaksanaan pelatihan diversifikasi produk tenun ikat ini menjadi bagian dari program pendampingan desa yang difasilitasi KalFor Project. Yaitu pendampingan desa yang inovatif dan berkualitas dalam rangka menjaga areal berhutan di luar kawasan hutan melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Yayasan Solidaridad Network Indonesia selaku NGO pelaksana program pendampingan desa tersebut berkolaborasi dengan Lawe Indonesia dalam menyelenggaraan seri pelatihan ini.

Yayasan Solidaridad berpengalaman dalam pendampingan desa dan peningkatan kapasitas masyarakat, termasuk dalam memotivasi, mendorong dan memperkuat ekonomi desa. Sehingga diyakini dapat berkontribusi dalam mewujudkan desa mandiri.

Pelatihan diversifikasi produk tenun ikat. [Suara.com/Ocsya Ade CP]
Pelatihan diversifikasi produk tenun ikat. [Suara.com/Ocsya Ade CP]

Sedangkan Lawe Indonesia merupakan komunitas wirausaha sosial berbasis di Yogyakarta, yang berpengalaman dalam mentransformasikan tenunan tangan tradisional di berbagai daerah di Indonesia menjadi produk turunan yang fungsional.

Aktivitasnya dalam pemberdayaan perempuan menawarkan peluang bagi perempuan untuk dapat mengembangkan potensi diri.

Lawe pernah menjadi lokasi tujuan studi banding penenun dari Desa Ensaid Panjang yang difasilitasi KalFor Project pada 2019.

Peserta pelatihan melibatkan ibu-ibu penenun dan generasi muda di Ensaid Panjang. Sebagian penenun ini pernah mengikuti studi banding ke Yogyakarta 2019 dan sangat antusias untuk dapat mengembangkan produk turunan tenun ikat di Ensaid Panjang.

Sementara pelibatan generasi muda menjadi momen penting untuk memberi kesempatan belajar pada anak-anak muda di Ensaid Panjang agar dapat meneruskan tradisi tenun ikat dan memunculkan kreasi-kreasi baru yang lebih inovatif.

Kegiatan pelatihan diversifikasi produk tenun ikat ini juga merupakan salah satu bentuk implementasi mekanisme insentif inovatif, yang dikembangkan KalFor Project dalam pengelolaan areal berhutan di luar kawasan hutan di Kalimantan.

Kontributor : Ocsya Ade CP

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini