Para sejarawan dan budayawan mengungkapkan sebenarnya puake berasal dari bahasa Melayu yang artinya besar atau raksasa.
Keberadaan puake sebagai penunggu Sungai Kapuas telah dipercaya sejak dahulu.
Ada sumber mengatakan puake sebenarnya tidak mengganggu, tetapi sumber lain menyebutkan bahwa puake sering kali meminta tumbal.
![Sejumlah anak bermain perahu kano di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (3/1/2021). [ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/01/03/65698-wisata-sungai-kapuas.jpg)
Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Kapuas percaya ada beberapa jenis puake, salah satunya adalah puake buaya putih yang disebut sebagai sarassa.
Baca Juga:Asal Usul Warga Pontianak dan Sejarah Tionghoa di Kota Khatulistiwa
Masyarakat Bansir di Pontianak mengaku percaya dengan puake jenis ini. Mereka menyebut buaya penjaga tersebut sebagai kembaran Mak Tua yang telah meninggal.
Bahkan, beberapa orang pecaya bahwa puake sering muncul pada saat orang-orang yang tinggal di sekitar Sungai Kapuas mengadakan acara pernikahan dan meriam karbit saat takbiran.
Konon, kemunculannya ini dikaitkan dengan peringatan kepada masyarakat untuk mengadakan ritual 'buang-buang', yakni ritual yang melepaskan beberapa benda ke sungai, seperti minyak, telur ayam kampung, benang, paku dan beras kuning.
Namun, sebagian masyarakat Pontianak juga meyakini bahwa puake bukan berwujud buaya, tetapi ular besar dengan kepala di muara sungai dan ekor di hulu sungai.
Sumber lain mengatakan bahwa sebagian masyarakat juga ada yang memercayai puake berbentuk kura-kura yang disebut sebagai puake biukur.
Baca Juga:Misteri Pemilik Rumah Mewah Terbengkalai di Bandung, Penjaga Ungkap Fakta Mengejutkan
Ada sebuah cerita tentang puake yang menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Konon, pada tahun 1994, ada segerombolan anak yang bermain air di kawasaran Sungai Kapuas.