SuaraKalbar.id - Dugaan kartel kremasi jenazah Covid-19 mengemuka belakangan ini. Pengacara kondang Hotman Paris bersuara setelah mendapat laporan terkait biaya kremasi jenazah Covid-19 sampai Rp 80 juta.
Hotman Paris protes lewat media sosial Instagram. Ia menyayangkan di tengah pandemi, keluarga yang berduka malah diminta bayar mahal biaya kremasi.
Ia menyentil rumah duka yang disebut mematok tarif tinggi untuk kremasi hingga meminta pihak berwenang turun tangan. Termutakhir, protes Hotman Paris disorot media asing.
Hal itu diketahui lewat postingan terbaru yang dibagikan sang pengacara, Jumat (23/7/2021). Ia mengunggah bidikan layar artikel media Singapura Straits Times berjudul "Anger as Crematorium Owners hike fees amid rising deaths".
Baca Juga:Usut Kasus Kartel Kremasi Jenazah Covid, Polisi Periksa Pemilik Yayasan Rumah Duka Abadi
Dalam artikel tersebut, dituliskan mengenai kehebohan berita biaya kreamasi Covid-19 mencapai Rp 80 juta di salah satu krematorium di Jakarta Barat. Dimunculkan pula pendapat dan kecaman sejumlah pihak terkait biaya kremasi fantastis tersebut.
Salah satunya disampaikan oleh Hotman Paris yang memberikan tanggapan menohok kepada pihak krematorium.
"Bayangkan jika ibu, anak, suami, istrimu meninggal dan kamu dalam kedaan kekurangan uang selama pandemi, tetapi dipaksa untuk mengeluarkan biaya puluhan juta (untuk kremasi," kata Hotman dalam artikel tersebut.
![Postingan Hotman Paris soal kremasi jenazah disorot media asing. (Instagram)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/07/23/12803-postingan-hotman-paris-soal-kremasi-jenazah-disorot-media-asing.jpg)
Protesnya sampai menjadi perhatian media asing, Hotman Paris pun buka suara melalui caption unggahannya.
"Posting Ig protes Hotman tentang kremasi telah mendunia dan mendapat tanggapan cepat dari pimpinan Mabes Polri," ungkapnya.
Baca Juga:Soal Kartel Kremasi Jenazah Covid, DPR: Polri Harus Usut, Tak Boleh Ada Ambil Keuntungan!
Warganet pun mengapresiasi Hotman Paris yang telah bersuara akan dugaan kartel kremasih jenazah Covid-19.
Kartel Kremasi Jenazah Covid
Dugaan adanya kartel kremasi jenazah Covid-19 sempat diungkapkan oleh pengacara kondang Hotman Paris Hutapea lewat Instagram pribadinya, Selasa (20/7/2021). Mereka mencari keuntungan hingga Rp80 juta.
"Helo rumah duka dan krematorium kenapa kau begitu tega menagih biaya yang sangat tinggi buat korban pandemi. Ada warga ngadu ke saya," kata Hotman Paris di Instagram pada Selasa (20/7/2021).
"Untuk biaya peti jenazah Rp 25 juta, transport Rp 7,5 juta, kremasi Rp 45 juta, lain-lainnya Rp 2,5 juta. Maka keluarga si korban harus membayar Rp 80 juta untuk kremasi," sambungnya lagi.
Hotman Paris menilai perilaku kartel tersebut sangat tidak manusiawi. Dia meminta aparat kepolisian untuk segera mengusut tuntas kasus ini.
![Tangkapan layar struk biaya kremasi jenazah Covid yang viral di medsos. (Twitter)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/07/22/23040-tangkapan-layar-struk-biaya-kremasi-jenazah-covid-yang-viral-di-medsos-twitter.jpg)
"Kepada bapak Kapolri tolong segera kerahkan anak buahmu tindak pengusaha rumah duka dengan biaya kremasi dengan sangat gede. Undang-undang perlindungan konsumen," ucap Hotman Paris.
Tidak hanya itu, Hotman Paris juga meminta kepala daerah tak segan mencabut izin usaha para pelaku jika terbukti melakukan tindak pidana.
"Juga Gubernur cabut izinnya krematorium. Cabut izinnya. Harus tegas. Kasihan warga sudah kematian masih nangis-nangis harus membayar," jelasnya.
Polisi Turun Tangan
Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Barat masih menyelidiki kasus dugaan kartel kremasi jenazah Covid-19 yang sempat viral di media sosial. Terkini, penyidik baru saja memeriksa pemilik Yayasan Rumah Duka Abadi.
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Ady Wibowo mengatakan Yayasan Rumah Duka Abadi terletak di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat.
"Sampai saat ini kami masih dalam tahap pendalaman atau penyelidikan untuk pastikan apa yang sebenarnya terjadi," kata Ady kepada wartawan, Kamis (22/7/2021).
Selain memeriksa pemilik Yayasan Rumah Duka Abadi, penyidik juga memeriksa seseorang yang memviralkan adanya dugaan kartel kremasi jenazah Covid-19 di media sosial. Penyidik, kata Ady, tidak menutup kemungkinan akan memeriksa saksi-saksi lainnya.
"Sementara baru diperiksa dua orang kemungkinan bisa lebih," katanya.