Tak lantas hal itu buat Daud patah semangat. Ini makin membulatkan tekad hijrah ke ibu kota, Jakarta.
Juara Dunia Tiga Kali
![Petinju Daud Yordan. [ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/16/92658-daud-yordan.jpg)
Menetap di Jakarta. Daud semakin mantap berlatih. Konsentrasi pun tak terbagi. Ia fokus satu tujuan, prestasi. Akhirnya, tahun 2004, medali perak pada Sea Game, ia persembahkan.
Baru, di tahun 2005, Daud menjajal tinju profesional. Mulailah prestasi demi prestasi ia raih. Prestasi paling mentereng, tahun 2012. Daud juara dunia pertama di Marina Bay, Singapura. Ia merebut gelar juara dunia kelas bulu IBO, usai memukul KO petinju Filipina, Lorenzo Villanueva.
Baca Juga:Kembali Naik Ring, Daud Yordan Hadapi Petinju Thailand pada Oktober 2021
Tahun 2013, Daud naik ke kelas ringan. Ia sukses meraih gelar juara dunia IBO pada 14 April 2013, usai menghajar Simpiwe Vetyeka dari Afrika Selatan.
Enam tahun berselang, tepatnya, 17 November 2019, Daud meriah juara dunia kelas ringan super International Boxing Association (IBA). Ia menang technical knockout (TKO) ronde kedelapan, atas petinju Afrika Selatan, Michael Mokoena.
Pertarungan kala itu berlangsung sengit. Mokoena tampil lincah dan mampu mengatasi serangan yang dilancarkan Daud. Pada ronde kedua, Daud sempat terjatuh, akibat terpeleset di ring. Tapi, ia menang gemilang.
Tiga kemenangan tersebut, menjadikan Daud Yordan, petinju pertama Indonesia yang meraih sabuk juara dunia di tiga kelas berbeda.
Sepanjang karir 2004 -2019, Daud Yordan sudah bertanding 44 Kali, dengan 40 Kemenangan, 4 kali kalah.
Baca Juga:Daud Yordan Pastikan Statusnya Masih Pemegang Gelar Juara Dunia
Julukan 'Cino'
Setiap petinju pasti punya julukan. Begitu juga Daud Yordan. Ia dijuluki Cino. Bukan sembarangan. Cino adalah julukan yang diberi pelatih asal kuba Carlos Jesus Renate Tores.
Carlos Jesus adalah pelatih Daud semasa mengikuti tinju amatir saat ia masih remaja. Sebelum kembali ke negaranya, ia menyematkan julukan itu untuk sang anak didik.
“Nama keberuntungan saya,” ucapnya.
Julukan Cino disematkan kepada dirinya, lantaran wajah oriental Daud. Faktanya, sang ayah memang memiliki darah Tionghoa.
Sang pelatih bersekeras agar Daud mempertahankan julukan ‘Cino’. Alhasil, Daud merajai sejumlah kompetisi tinju dunia. Cino pun melekat dalam namanya. Tak pernah berubah, dan tak terganti.