SuaraKalbar.id - Seorang bocah perempuan bernama Yesa (7) tewas akibat penyiksaan yang dilakukan oleh kedua orang tua angkatnya di Sandai, Ketapang, Kalimantan Barat pada Kamis (23/11/23) lalu.
Kabar tersebut menarik banyak perhatian publik, tak terkecuali pihak aparat yang kini telah mengamankan orang tua asuh korban.
Berikut 7 Fakta Kasus Yesa:
1. Viral usai dilaporkan tetangga di media sosial
Kasus Yesa pertama kali tersebar di media sosial pada hari Minggu, (26/11/23), di sejumlah akun Instagram Pontianak. Dalam unggahan yang dibagikan, seorang pelapor yang tak mau menyebutkan namanya melaporkan kematian korban dan menyebutkan sikap keji yang dilakukan oleh orang tua asuh korban.
“Biar keluarga kandung Yesa yang di hulu kampung tau kalau hidup Yesa selama diadopsi orang tua angkatnya selalu di siksa, dijemur, dipukul, ditenda, disiram air panas,” ujar pelapor seperti dilihat dalam unggahan Pontianak Infomedia.
Selain itu, pelapor turut menyertakan video amatir yang direkam diam-diam saat Yesa mendapatkan penyiksaan dari orang tua angkatnya.
2. Kondisi jasad Yesa penuh luka
Selain sempat melaporkan soal penyiksaan yang dialami Yesa, pelapor turut menyebutkan bahwa kondisi badan korban sangat memprihatinkan.
Baca Juga:Perlakuan Kejam Ibu Angkat, Kepala Yesa Ditenggelamkan di Parit hingga Tewas
“Jenazah ketika dibuka bajunya badan penuh lebam, semoga ada keadilan untuk Yesa dan jenazah bisa divisum,” ujar pelapor.
3. Dimakamkan tanpa identitas
Usai mendapatkan perhatian publik, beberapa rekan korban akhirnya turut berani bersuara, salah satunya oleh akun Instagram @brigitamina yang mengaku sebagai kerabat sekampung asal kelahiran korban yang berada di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.
Pada sejumlah unggahan yang dibagikan, terlihat Brigita Mina dengan gencar mengunggah sejumlah informasi demi mendapatkan keadilan untuk Yesa, salah satunya soal makam korban yang ternyata hanya tertancap kayu salib tanpa identitas.
"Udahlah pas pemakamannya tidak mau menunggu kehadiran keluarga kandungnya datang, perihal identitas di makamnya pun sepertinya dianggap tidak begitu penting sama keluarga angkatnya ini," tambah akun tersebut.
Bahkan disebutkan pula orang-orang yang memakamkan Yesa merupakan orang asing yang sama sekali tak dikenal. Akun tersebut terlihat cukup marah karena menilai hal tersebut tak masuk akal.
4. Usai viral, warga dan aparat bongkar makam Yesa untuk otopsi
Kasus tersebut lantas menarik banyak perhatian publik tak terkecuali oleh masyarakat Sandai dan kepolisian. Menanggapi kasus tersebut, pihak kepolisian diketahui bergegas membongkar makam bocah tersebut demi lakukan otopsi usai dilakukan ritual adat.
Dalam unggahan yang dibagikan oleh akun Instagram @pontianak_infomedia, terlihat jepretan layar yang menangkap aksi ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sebelum dilakukannya pembongkaran pada Senin (28/11/23) pagi.
5. Sebelum meninggal, Yesa sempat tidak masuk sekolah selama 3 minggu
Dalam salah satu unggahan yang dibagikan oleh akun Instagram @brigitamina, dirinya turut mengunggah pernyataan seorang netizen yang menyebutkan bahwa sebelum meninggal dunia, Yesa ternyata sempat tak masuk sekolah selama 3 minggu.
"Yang jadi pertanyaanku tentang kasus Yesa. Sebelum meninggal dikabarkan 3 minggu gak masuk sekolah tanpa keterangan. Apa alm Yesa sedang sakit akibat disiksa?" Tulis akun milik seorang netizen.
Unggahan tersebut lantas ramai menarik perhatian publik. Pernyataan tersebut mengundang pertanyaan baru terkait kematian korban yang disebutkan karena tenggelam dibawah pengawasan orang tua angkatnya.
6. Tujuh orang jadi tersangka kasus Yesa
Usai beberapa waktu melakukan pengusutan, akhirnya Polres Ketapang mengungkapkan sebanyak tujuh orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.
Kapolres Ketapang, AKBP Tommy Ferdian, menyebutkan bahwa dua di antara para tersangka tersebut adalah ayah dan ibu angkat Yesa yang berinisial YLT dan SST. Sementara itu, lima orang tersangka lainnya adalah karyawan toko yang bekerja kepada ibu dan ayah angkat korban.
Sejumlah peran yang dilakukan oleh para tersangka di antaranya melakukan kekerasan fisik secara langsung, membantu melakukan kekerasan fisik dan dengan sengaja membiarkan terjadinya perbuatan kekerasan terhadap korban.
7. Ternyata Yesa disiksa sejak diadopsi
Yesa sendiri diketahui lahir pada 3 Maret 2016 dan diaopsi oleh keluarga angkatnya pada 25 Oktober 2021. Mirisnya, berdasarkan keterangan tambahan yang diberikan oleh Kapolres Ketapang, AKBP Tommy Ferdian, korban ternyata telah disiksa sejak ia diadopsi oleh keluarga asuhnya tersebut.
“Yang paling dominan melakukan kekerasan ibu angkat korban, kekerasan tidak hanya sekali tapi sejak korban bergabung dengan keluarga tersangka pada tahun 2021 lalu,” ujar AKBP Tommy.
Bentuk penyiksaan yang didapat oleh bocah malang tersebut bahkan beragam, mulai dari dipukul hingga dicubit menggunakan tang.
“Kekerasan yang dilakukan tersangka menggunakan tangan dengan dipukul, ditampar, dicubit. Lalu gunakan tang, gunakan tali, dijemur, disikat di bagian luka. Karena dianggap dicubit gunakan tangan sudah tidak mempan, dicubit gunakan tang," jelas AKBP Tommy.
Kontributor : Maria