SuaraKalbar.id - Selain harga cabai yang melambung, harga kedelai juga naik. Para produsen tempe di Kota Pontianak, Kalimantan Barat tak tinggal diam.
Agar tetap dilirik pembeli dan harganya terjangkau, para produsen menyiasati kenaikan harga kedelai dengan mengurangi bobot tempe.
"Agar harga tempe tidak naik di tingkat konsumen bobot tempe yang kita jual dikurangi saja,” ujar satu di antara pembuat tempe di Kota Pontianak, Nasih Amin di Pontianak, Kamis (7/1/2021).
Pemilik merek Tempe Asli HB Pontianak, menyebutkan bahwa saat norma bobot tempel 400 gram dan ketika kondisi bahan baku naik signifikan diturunkan menjadi hanya 360 gram per potong.
Baca Juga:Nasib Pengrajin Tahu Tempe Kian Miris, Kopti Usul Pengajuan Subsidi Kedelai
“Intinya soal ini, kalau kita naikkan harga agak sedikit berat. Jadi kami lebih memilih mengurangi bobot tempe saja. Kita berharap kondisi ini segera berlalu sehingga aktivitas usaha dan harga di tengah masyarakat terus normal dengan bobot normal pula," kata dia.
Dampak harga bahan baku saat ini kedelai mengalami kenaikan hingga 30 persen. Saat ini bahan baku tempe berupa kacang kedelai harganya Rp9.300 per kilogram naik dari sebelumnya Rp 7000-7.500 per kilogram.
Sementara itu, pemasok kedelai di Kalbar, Eko membenarkan saat ini harga kedelai berkisar Rp 9.500 per kilogram, atau naik dari harga sebelumnya.
”Harga memang ada kenaikan yakni mulai Rp 7.500 per kilogram sampai Rp 9.500 per kilogram hingga sekarang," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa kondisi yang ada berdampak pada menurunnya permintaan bahan utama pembuatan tahu dan tempe itu.
Baca Juga:Harga Kedelai Tinggi di Serang, Perajin Tahu dan Tempe Datangi Kantor Pemda
Permintaan juga menurun lantaran saat tahun baru banyak pembuat tempe libur karena pembeli dirasa kurang saat itu. Penurunan permintaan yang terjadi itu aampai 20 persen.
"Kendati mengalami kenaikan harga dan penurunan permintaan, namun secara umum suplai kedelai masih cukup memadai. Kita berharap harga kembali stabil dan pasokan berjalan lancar," pungkasnya. (Antara)