"Mengingat kegiatan ini adalah bentuk menyucikan diri bagi masyarakat dari wabah penyakit yang tidak nampak, terlebih saat ini kita tengah berada di tengah pandemi COVID-19," katanya.
Ia mengharapkan ritual Basamsam memberikan manfaat yang baik bagi tubuh karena terbebas dari berbagai penyakit dan hal-hal lain yang tidak diinginkan.
Ia juga mengatakan penyelenggaraan ritual Basamsam menindaklanjuti arahan Pemkab Bengkayang untuk melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
"Terlebih melalui ritual 'Basamsam' ini sekaligus untuk mengajak masyarakat agar bisa menahan diri untuk tidak keluar rumah dan tidak berkerumun," katanya.
Baca Juga:Pemilik Sanggar Tari Cabul di Bengkayang Terancam Hukuman Kebiri
Ketua Adat Cipta Karya Ye. Sopian mengharapkan upacara adat Basamsam dapat menolak penyakit, terutama virus atau wabah penyakit yang tidak terlihat.
“Kita harapkan dengan dilakukannya 'Basamsam/Balala' atau tutup desa ini bisa menghilangkan virus corona. Agar kehidupan masyarakat bisa kembali pulih dan masyarakat bisa hidup normal kembali,” katanya.
Oleh karena warga sedang melakukan Basamsam, akses masuk desa ditutup. Masyarakat luar desa tak boleh masuk tempat itu, selama ritual berlangsung. Apabila ada yang melanggar ketentuan tersebut, yang bersangkutan mendapatkan sanksi.
“Untuk sanksi yang diberikan, setiap pelanggar diharuskan membuat ritual adat serupa, lengkap dengan sesajian dan segala keperluannya,” katanya.
Dia memastikan selama berlangsung ritual tetap akan ada petugas berjaga di lokasi batas desa untuk memantau setiap pendatang yang hendak memasuki desa.
Baca Juga:Babak Baru Kasus Pemilik Sanggar Tari Cabul, 10 Murid Jadi Korban
Lebih lanjut, Ye. Sopian berharap ritual Basamsam tetap lestari da ujuan masyarakat adat menjalani tradisi tersebut bisa tersampaikan.