Bagi para nelayan, Pulau Gelam adalah aset berharga. Pak Tono mengatakan, banyak nelayan menginap di sana terutama saat musim lobster dan rajungan berkembang biak. Mereka mengais rezeki dari hasil laut. Setiap hari pasti ada yang cari ikan di sana.
Adanya informasi akan ada aktivitas eksploitasi tambang di selatan Kalbar itu, membuat nelayan merasa khawatir. Tak terkecuali para perempuan yang menjadikan perairan Pulau Gelam untuk mencari sesuap nasi.
“Kalau ada tambang, takut pulaunya karam. (Kalau karam) nggak bisa dicari lagi ikannya. Ikan-ikan bisa hilang,” ungkap Yanti (37), warga Pulau Cempedak, Desa Kendawangan Kiri
Yanti memang tak lagi mencari ikan lantaran harus menemani anaknya yang masih balita. Namun, suami dan ketiga anak laki-lakinya adalah nelayan. Sehari-hari mereka ke laut mencari ikan hingga renjong. Termasuk mencarinya ke Pulau Gelam.
Baca Juga:Pulau Gelam Ditambang, Penyu Ikut Terancam Menghilang
“Seminggu sekali (ke Gelam),” sebut ibu empat anak ini.
Walau tak ikut, Yanti memegang peran besar dalam keluarga ini. Ia membantu mempersiapkan segala perlengkapan untuk berangkat ke laut lepas. Ia menyiapkan makan hingga pukat. Ketika hasil tangkapan di bawa pulang, ia jugalah yang melepaskan tangkapan satu per satu dari jaring, hingga mengolah renjong agar siap dijual ke Kendawangan. Yanti berperan penting dalam ketahanan ekonomi keluarganya.
“Kalau semua lama pergi melaut, dan tidak ada ikan yang saya kerjakan, biasanya saya jaga warung, jualan es di depan rumah,” katanya.
Ekosistem yang masih tergolong baik di perairan sekitar Pulau Gelam membuat aneka hewan laut hidup di sana. Sumber daya ini tentunya menjadi ladang perekonomian bagi warga setempat.
Tak hanya warga Pulau Cempedak yang mengais rezeki di pulau tersebut. Adalah Rabatin 60), Warga Desa Kendawangan Kanan, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang. Ia menetap sementara di pulau tersebut bersama suami dan anak-anaknya. Menurutnya, masih banyak nelayan yang sering singgah ke pulau tersebut.
Baca Juga:Pulau Gelam Terancam, Dugong Bernasib Kelam
Keluarga Rabatin tak hanya menangkap dan mengolah ikan. Di pulau itu,suaminya, Doel Ahyar (63) membuat sebuah kapal. Saat ditemui di Pulau Gelam awal November lalu, Doel tengah mengerjakan sebuah kapal berkapasitas lima gross ton. Kapal motor itu dikerjakan sejak beberapa bulan yang lalu.
Tak hanya nelayan, para pedagang ikan di pesisir Kendawangan juga bergantung dengan keberadaan ikan-ikan dari Pulau Gelam. Yuningsih (43), pedagang perempuan di Pasar Ayu Kecamatan Kendawangan salah satunya. Menurut pedagang yang sudah berjualan selama 10 tahun tersebut, perairan di Pulau Gelam adalah salah satu pemasok ikan di pasar ini.
“Biasanya dari Pulau Gelam, ada juga Pulau Cempedak, Kuala Jelai, sampai Air Hitam,” kata ibu empat anak ini
Suami Yuningsih juga seorang nelayan. Kadang-kadang suaminya juga bekerja di perkebunan. Walau begitu, ikan-ikan Yuningsih dipasok oleh agen yang di desa tersebut. “Untungnya kadang-kadang dapat Rp100 ribu, kadang kalau banyak Rp200 ribu,” imbuhnya.
Yuningsih tak hanya menjual ikan segar, namun juga mengolahnya menjadi ikan asap. Perannya pun amat penting dalam keluarga, mulai dari berjualan, mengolah ikan, mengurus rumah, hingga mengatur keuangan. Dengan apa yang telah dilakukannya itu, ia mampu menghidupi keluarganya secara layak. Satu orang anaknya pun kini menempuh pendidikan tinggi.
Tidak sulit menemui pedagang ikan di pesisir Desa Kendawangan Kiri, Kabupaten Ketapang. Pasar Ayu yang berlokasi di pusat desa ini, ada sekitar 20 lapak ikan. Selain itu, tidak sedikit lapak-lapak ikan yang digelar pedagang di pinggir jalan utama di pusat desa tersebut. Uniknya, para pedagang ini hampir semuanya merupakan perempuan.