Mengenal Ya' Syarif Umar, Pejuang 45 asal Kalimantan Barat yang Kini Terlupakan

Piting lehernya, banting orangnya, injak dan habisi. Matilah orang yang mengibarkan bendera belanda itu

Bella
Selasa, 16 Agustus 2022 | 19:59 WIB
Mengenal Ya' Syarif Umar, Pejuang 45 asal Kalimantan Barat yang Kini Terlupakan
Ya’ Syarif Umar. [Istimewa]

“Dia tidak meneruskan di ALRI tetapi dibawa oleh rekannya untuk menjadi perwira Angkatan Darat,” jelasnya.

Petugas Galeri Arsip Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat memperlihatkan foto Ya' Syarif Umar saat Pameran Arsip Kalbar di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (16/8/2022).[Suara.com/Diko Eno]
Petugas Galeri Arsip Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat memperlihatkan foto Ya' Syarif Umar saat Pameran Arsip Kalbar di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (16/8/2022).[Suara.com/Diko Eno]

Menolak Gabung dengan RIS Menjadi Ketua Ranting Partai Nasional Indonesia

Setelah peristiwa Surabaya, ia pun ikut bergerilya, serta ikut memadamkan pemberontakan PKI di Madiun. Namun, pada tahun 1950 saat Republik Indonesia Serikat, Syarif Umar adalah orang yang menyatakan kecewa dan protes.

“Dia katakan mengapa negara ini menjadi negara serikat? Masih ada bau-bau kolonial belandanya. Kami ini para pejuang bahu membahu berhamburan darah, nyawa, doa dan air mata mempertahankan republik Indonesia harus mengakui kedaulatan RIS. Maka beliau menyatakan mengundurkan diri dengan hormat dari TNI Angkatan Darat,” ujarnya.

Baca Juga:Singgung Pidato Kenegaraan Jokowi, Amnesty International : Jauh dari Harapan, hanya Mengulang

Dari kejadian itu, akhirnya Ya’ Syarif Umar pindah dari Surabaya ke Jakarta. Di Jakarta ia menjadi ketua Ranting Partai Nasional Indonesia. Disini jugalah Ya’ Syarif Umar diangkat sebagai staff Pelayaran Laut Nasional Indonesia (PELNI).


Cikal Bakal Asrama Mahasiswa Pontianak Bernama Rahadi Oesman di Yogyakarta

Pada Tahun 1955, Ya’ Syarif Umar juga ikut memperhatikan bahwa Kalimantan Barat belum menjadi Provinsi pada waktu itu. Dia merasa heran, sebab para pelajar yang ada di Pontianak waktu itu hanya menimbah ilmu hingga sekolah menengah pertama saja, tidak melanjutan sekolah kejenjang tingkat atas.

Dari sini, dia berinisiatif pergi ke Yogyakarta yang juga kebetulan untuk mengajak beberapa Tokoh Kalimantan lainnya yang sudah berada di sana meminta bekas rumah pejabat tinggi belanda yang ada di Bintaran Tengah diserahkan untuk menjadi asrama pelajar Kalimantan Barat. Tetapi hal ini justru tak direspon. Ya’ Syarif Umar dengan memegang senjata api pergi sendiri untuk meminta rumah tersebut.

Dari sinilah cikal bakal Keluarga Pelajar Mahasiwa Kalimantan Barat (KPMKB) yang sekarang menjadi asrama Rahadi Oesman Yogyakarta.

Baca Juga:5.770 Narapidana di Sulawesi Selatan Dapat Remisi Perayaan Kemerdekaan 17 Agustus 2022

“Mengapa pelajar-pelajar kita ini cuma bisa tamat SMP dan tidak melanjutkan ke jenjang SMA di Pontianak waktu itu, pulanglah dia ke Yogyakarta untuk meminta bekas rumah pejabat tinggi belanda yang ada di Bintaran Tengah diserahkan untuk menjadi asrama pelajar Kalimantan Barat, itulah cikal bakal asrama pelajar Pontianak yang berada di Yogyakarta,”ceritanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini