“Lumayan, untuk menambah penghasilan keluarga,” jelasnya.
Sore itu cahaya matahari sudah mulai menghilang, suara bebek terdengar saut menyaut dari belakang rumah Neka, dengan sigap ia mencari sebuah galah yang terbuat dari bamboo untuk digunakan menggiring bebek miliknya kedalam kolong rumah,
Ketika cuaca buruk yang terjadi pada bulan Desember setiap tahunnya, aktivitas melaut nelayan Cempedak terpaksa harus terhenti, karena susahnya mencari ikan. Dari hasil berternak bebek, Neka bisa menambah perekonomian keluarga.
“Bebek ini nanti dijual ke kapal cumi yang berlabuh ke Cempedak, dua ekor bebek ditukar dengan 1 jerigen bahan bakar 20 liter,” ungkapnya.
Baca Juga: Pulau Gelam: Pasir Kuarsa akan Ditambang, Nelayan Tradisional Terancam
Selain beternak bebek, Neka juga membuka warung kelontong yang menjual kebutuhan rumah tangga dan minuman kecil-kecilan didepan rumahnya.
Hampir sebagian perempuan di pulau Cempedak merupakan ibu rumah tangga, ketika suami pergi melaut, tugas perempuan biasanya membantu membuat dan membersihkan jaring serta mengolah hasil tangkapan dari melaut seperti membuat ikan asin dan mengeluarkan isi ranjungan untuk dijual lagi.
Namun ada beberapa perempuan juga yang masih menjadi nelayan karena membantu suami melaut seperti Lima (45).
“Kalau ke pulau Gelam, harus bawa membawa beras dan kompor, lauknya cari sendiri kan banyak ikan, kerang dan kupah,” jelasnya.
Menurutnya kalau ke Gelam harus menginap, karena tidak punya pondok biasanya Lima dan suami menginap di dalam lepeh, karena kalau tidak modalnya tidak kembali. Terkadang ia harus membawa anaknya yang bungsu, ketika berumur 2 bulan ke Gelam karena tidak ada yang mengasuh dirumah.
Baca Juga: Nelayan Perempuan Pulau Gelam Paling Terancam Tambang
Ketika musim ombak besar, biasanya Lima dan perempuan di Pulau Cempedak mengisi waktu dengan menganyam, sebelum musim ombak besar bahan anyaman dikumpulkan terlebih dahulu dari sekitar pulau Cempedak.
Bagi Lima, kehadiran perusahaan di pulau Gelam dapat membuat nelayan dan perempuan semkain tidak berdaya, karena di Gelam merupakan harapan terkahir bagi nelayan pesisir khususnya di Kendawangan.
“Kami harus mencari ikan lebih jauh dan membutuhkan BBM yang semakin banyak dengan biaya yang tinggi dan tidak sebanding dari hasil tangkapan” timpalnya.
Catatan Redaksi: Investigasi ini merupakan hasil kolaborasi Pontianak Post, Iniborneo.com, suara.com, RRI Pontianak, Insidepontianak, Mongabay Indonesia dan Project Mulatuli yang didukung oleh Jurnalis Perempuan Khatulistiwa, Yayasan Webe, Hijau Lestari Negeriku, dan Garda Animalia melalui Bela Satwa Project.
Kontributor : Maria
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah Desain Timeless: Enak Dilihat Sepanjang Waktu, Mulai Rp 30 Jutaan
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Mesin Diesel Harga di Bawah Rp100 Juta
- Selamat Tinggal Mees Hilgers, Penggantinya Teman Dean James
- 5 Alasan Honda Supra X 125 Old Masih Diminati, Lengkap dengan Harga Bekas Terbaru Juni 2025
Pilihan
-
Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Favorit Keluarga, Kabin Lapang Harga di Bawah Rp80 Juta
-
6 Mobil Bekas Kabin Luas Bukan Toyota, Harga di Bawah Rp80 Juta Pas Buat Keluarga!
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
Terkini
-
Bocah 1 Tahun 11 Bulan yang Hilang di Singkawang Ditemukan Meninggal Dunia di Depan Masjid
-
Prabowo Naikkan Gaji Hakim hingga 280 Persen: Kalau Perlu Anggaran TNI dan Polri Saya Kurangi!
-
Karhutla Landa Rasau Jaya, Tim Gabungan Berjibaku Padamkan Api di Lahan Gambut
-
Pura-pura Menstruasi, Bocah 10 Tahun Selundupkan Sabu ke Lapas Pontianak Pakai Pembalut
-
KPK Lelang 81 Barang Sitaan Korupsi, Ini Syaratnya Kalau Mau Ikutan!