Terancam Tambang Pasir Kuarsa: Perjalanan Sehari Bersama Nelayan Tradisional ke Pulau Gelam

Kami harus mencari ikan lebih jauh dan membutuhkan BBM yang semakin banyak dengan biaya yang tinggi dan tidak sebanding dari hasil tangkapan

Bella
Kamis, 15 Februari 2024 | 17:58 WIB
Terancam Tambang Pasir Kuarsa: Perjalanan Sehari Bersama Nelayan Tradisional ke Pulau Gelam
Potret aktivitas nelayan Cempedak. (Tim Liputan Investigasi)

Setelah kurang lebih satu jam menyelam keindahan bawah laut pesisir Gelam, Salmin mengajak kami untuk singgah ke pondok nelayan setempat yang letaknya tidak jauh dari kawasan hutan mangrove.

Beberapa nelayan terlihat sedang sibuk membersihkan jaring tepat didepan kami menepikan lepeh, disini terdapat tiga pondok sementara nelayan yang terbuat dari kayu dan terdapat tiga keluarga yang sudah seminggu menetap mencari ikan disekitar pulau Gelam.

Dari kejauhan seorang laki-laki tua menyambut kami dengan hangat, Hajrad (75) sudah kurang lebih seminggu menetap digelam, didepan rumah tampak istrinya, Etek (70) bersama anaknya Marai (43) sedang sibuk mengupas renjong yang telah direbus menggunakan sendok untuk dimasukan kedalam keranjang,

“Ini hasil tangkapan kemaren malam bang, sekarang hasil tangkapan sudah mulai berkurang,” ungkap Marai.

Baca Juga:Pulau Gelam: Pasir Kuarsa akan Ditambang, Nelayan Tradisional Terancam

Selain renjong terdapat juga beberapa baskom terisi kerang yang juga hasil tangkapan dari sekitar Pulau Gelam. Setelah asik mengobrol, pak Salmin meminta pak Hajrad untuk mengantarkan kami ke lokasi kuburan tua yang letaknya tak jauh dari belakang pondok.

Sebelum sampai ke lokasi kuburan kami harus melewati ilalang, terlihat Salmin, Tono dan Pak Hajrad sedang sibuk mencari makam yang sudah tertutup oleh hamparan ilalang hijau yang lebat,

“Nah ini nak makam-makam orang-orang tua yang dulu tinggal di Gelam, termasuk orang tuanya Salmin dan Tono,” jelas Hajrad.

Sambil menganggukkan kepala, Salmin dan Tono bercerita jika memang orang tua mereka dulunya tinggal di pulau Gelam dan dimakamkan disini, karena jarak dari Gelam ke pusat Kecamatan Kendawangan jauh akhirnya warga Pulau Gelam memutuskan untuk pindah ke pulau Cempedak agar .

Tak jauh dari belakang makam, tampak terlihat vegetasi pohon Gelam (Melaleuca Leuadendron) dengan batang berwarna putih, Tono menjelaskan bahwa asal muasal penamaan pulau Gelam memang karena dulunya disini banyak pohon gelam.

Baca Juga:Nelayan Perempuan Pulau Gelam Paling Terancam Tambang

Sengkarut izin di Gelam

Sejumlah warga kendawangan melakukan aksi demo di depan Kamp milik perusahaan PT Sigma Selica Jaya Raya (SSJ) di Pulau Gelam, aksi warga ini dipicu oleh penerbitan 300 izin SKT yang dikeluarkan aparat kepala Desa Kendawangan Kiri Pusar Rajali, sebagian warga ini menuntut untuk mengembalikan hak tanah mereka yang diambil perusahaan dan juga membongkar izin SKT fiktif yang dilakukan oleh oknum dan aparat pemerintah Desa, selain itu mereka juga menuntut aparat untuk menindak oknum dan mafia tanah yang terlibat agar diusut tuntas serta memaksa kegiatan perusahaan dihentikan dan angkat kaki dari pulau Gelam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini