Pulau Gelam Ditambang, Penyu Ikut Terancam Menghilang

Habis sudah,

Bella
Senin, 12 Februari 2024 | 19:12 WIB
Pulau Gelam Ditambang, Penyu Ikut Terancam Menghilang
Penampakan Pulau Gelam. (Tim Liputan Investigasi)

Kata dia, kawasan perairan Kendawangan Ketapang mirip dengan kawasan lain di Kalbar seperti Kota Pontianak, Mempawah, Sambas masih baik mengingat aktivitas dan jumlah penduduk tidak terlalu banyak seperti kondisi di Pulau Jawa.

Sementara jika ditarik lebih spesifik untuk Pulau Gelam tak jauh berbeda jika itu berkutat terhadap aktivitas warga setempat. Namun, akan berbeda jika ada kegiatan komersil, seperti pertambangan dan sawit.

Arie menuturkan, kondisi terganggu hingga bisa berbahaya jika ada kegiatan yang mengganggu aktivitas ekologi, apalagi di zona inti maupun perairan sekitar.

“Karena belum ada penelitian di sana, kita tidak tahu dampaknya. Pelepasan zat-zat radioaktif seperti apa. Tapi, diri banyak kasus yang ada tentu akan berbahaya jika ada sedimen yang dihasilkan akibat kegiatan pertambangan maupun sawit,” terang dia.

Baca Juga:Pulau Gelam Terancam, Dugong Bernasib Kelam

Meski hal itu pun harus dilihat cara yang dilakukan perusahaan saat melakukan aktivitas kerja atau jika itu kasus tambang. Paling dikhawatirkan dari tambang adalah materi limbahnya.

“Adanya pelepasan sedimen ke laut dari pengolahan, logam-logam berat yang melebihi ambang batas dan itu jelas membahayakan ekosistem di sana jika masif aktivitas tambangnya,” terang dosen aktif ini.

Untuk tahu lebih jelas kondisi ekologi Pulau Gelam terbaru, perlu penelitian lebih lanjut. Kelemahannya saat ini adalah penelitian tentang kawasan Konservasi Kendawangan, terutama Pulau Gelam yang kontroversi belum dilakukan.

“Kondisi yang paling terasa jika sedimen berbahaya masuk ke laut dan mengotori kawasan di sana, yang paling terasa adalah lingkungan ekosistem dan bahkan menyebabkan kematian terumbu karang, padang lamun hingga hewan yang ada di sana meski tergantung banyak atau tidaknya, terutama di Pulau Gelam itu,” paparnya.

Dampak lain eksploitasi tambang terhadap kawasan konservasi adalah keseimbangan yang ada. Daya dukung lingkungan akan turun, penghasilan masyarakan terdampak karena ada sebagian masyarakat menggantungkan penghasilan mereka.

Baca Juga:Praktik Pasir Kuarsa Rempang di Pulau Kalimantan

Dalam pola penelitian, kondisi biofisik dan biota dan perubahan lingkungan yang terjadi di Pulau Gelam akan menjadi prioritas. Kondisi awal sebelum dan sesudahnya pun harus jelas dalam laporan penelitian.

Ketika kawasan konservasi sudah ditetapkan, maka seharusnya tidak diperbolehkan ada kegiatan komersialitas yang bisa merusak ekosistem kawasan, seperti tambang yang sekarang menguasai Pulau Gelam.

Arie pun menekankan isu Pulau Gelam ini harus dikawal baik-baik karena ‘ngeri’ jika aktivitas massif tambang. Tak hanya penyu dan dugong yang akan hilang tapi seluruh ekosistem semua akan punah.

Ia tidak bisa membayangkan seperti apa kerusakan lingkungan yang bisa diakibatkan tambang di Pulau Gelam.

Sejak masuknya konsesi tambang di Pulau Gelam dua tahun lalu, keberadaan penyu dan habitatnya hampir tak ditemukan. Jika pun ditemukan, penyu-penyu ini sudah enggan bertelur di sana. Perusahaan tersebut berfokus pada tambang pasir kuarsa di zona pemanfaatan di Pulau Gelam. Ironisnya, perairan Pulau Gelam adalah zona inti kawasan konservasi Kendawangan. Artinya, satu kawasan berlabel steril dari kegiatan apapun yang merusak ekosistem, termasuk pertambangan.

“Dalam aturan kawasan inti masuk perlindungan penuh. Tak boleh ada unsur yang bisa merusak lingkungan Kawasan konservasi,” kata Ketua Yayasan Webe Ketapang, Setra Kusumardana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini