Ini sesuai PERMEN KP Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan, zona inti adalah bagian Kawasan Konservasi Perairan yang letak, kondisi dan potensi alamnya merupakan daerah pemijahan, pengasuhan, dan/atau alur ruaya ikan.
Penyu adalah mahluk sensitif. Sebagaimana diungkap Dwi Suprapti dari Indonesia Aquatic Megafauna - Flying Vet (IAM Flying Vet). Penyu memiliki tingkat sensifitas tinggi, terutama terhadap aktivitas manusia yang dianggap mengganggu.
Sekecil apapun gangguan bisa membuat mereka enggan ke darat. Bahkan jika itu gerakan bara rokok yang tersulut di kejauhan.
Perilaku sensitif penyu ini akan jauh terasa saat hendak naik ke darat untuk bertelur. Biasanya mereka ‘memantau’dengan menyumbulkan kepala kecilnya itu ke permukaan air hanya untuk melihat apakah aman atau tidak saat naik ke darat. Tindakan itu dilakukan berkali-kali hingga memastikan area tempat bertelur tidak memiliki gangguan.
Baca Juga:Pulau Gelam Terancam, Dugong Bernasib Kelam
“Jika ada ada aktivitas manusia, tidak bakalan penyu hijau ke darat. Mereka tidak mau, bahkan jika pun terpaksa bertelur mereka akan bertelur di air ketimbang harus ke area yang banyak aktivitasnya,” terangnya.
Ada banyak jenis penyu di Indonesia. Ada Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu pipih (Natator depressus) dan Penyu tempayan (Caretta caretta). Semua jenis penyu ini dilindungi.
Dari enam jenis penyu ini, dua diantaranya memilih hidup di perairan Pulau Gelam dan pulau kecil lainnya di perairan Kendawangan, Ketapang. Terbanyak penyu hijau.
Penyu hijau biasanya ditemukan di sepanjang pantai pulau kecil di Kalbar. Termasuk di Pulau Gelam dan sejumlah pulau kecil di sekitarnya. Penyu hijau ini hampir bisa ditemukan di seluruh perairan Indonesia, diantaranya pesisir bagian barat Indonesia seperti Aceh, Sumatra Barat, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung.
Penyu hijau juga bisa ditemukan di perairan Tengah Indonesia seperti Kepulauan Seribu, Jawa Barat, Karimun Jawa, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Begitu juga di kawasan timur seperti Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Papua.
Baca Juga:Praktik Pasir Kuarsa Rempang di Pulau Kalimantan
Mereka dikenal mahluk yang mudah beradaptasi dan tidak sulit mencari makan. Cukup ada daun atau tumbuhan, mereka akan bertahan di lingkungan itu.
Penyu apapun menyukai vegetasi semak tumbuhan rimbun dengan tingkat kejernihan air yang baik. Mengutip penelitian yang diterbitkan Wawan Kurniawan, Erianto, Iswan Dewantara di Jurnal Hutan Lestari (2020), makanan penyu adalah tumbuhan seperti Cemara Laut (Casuarina equisetifolia ), Pandan Laut (Pandanus tectorius) (Hibiscus tiliaceus), Cemara Laut (Casuarina equisetifolia).
Penyu hijau termasuk hewan pelintas samudera dengan jarak tempuh hingga ribuan kilometer. Namun, mereka tidak lupa untuk ‘pulang’bertelur ke habitat pertama mereka. Tak heran jika Pulau Gelam bisa dikatakan ‘rumah’ asal mereka. Mau tidak mau, mereka akan kembali.
Namun, kondisi itu akan berbeda jika di Pulau Gelam sudah memiliki aktivitas tinggi. Dengan diberikannyan izin legal untuk penggalian tambang, membuka babak baru akan nasib satwa ini di masa depan.
Dwi tidak optimis tentang keberlangsungan hidup hewan dilindungi ini. Dengan perilaku yang sensitif terhadap pergerakan, getaran hingga cahaya buatan pun akan sulit bagi penyu hijau untuk bertahan di sana.
Menurut Dwi, adanya tambang malah akan memperparah keengganan penyu untuk mendarat di sana. Mengingat penyu adalah mahluk yang sensitif, jika tempat habitat aslinya ramai oleh aktivitas manusia, maka mereka akan terganggu dan tak nyaman.